Baca juga: Nadiem: Peserta didik kini dapat gali Pancasila lewat sastra dan film
Ia mengatakan, setelah melewati tantangan berat akibat pandemi, sektor pendidikan di Indonesia dihadapkan pada kebutuhan mendesak untuk menanggulangi learning loss yang dirasakan oleh jutaan murid di seluruh negeri.
Lebih lanjut, Baharudin berharap, kegiatan Gelar Aksi Nyata Pemulihan Pembelajaran dapat menjadi inspirasi untuk terus berinovasi dalam mendukung pemulihan pembelajaran melalui penguatan literasi dan numerasi di lingkungan pendidikan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Itje Chodidjah mengatakan di Indonesia, literasi sering kali hanya dimaknai sebagai kemampuan membaca, dan numerasi dianggap sekadar keterampilan berhitung.
Padahal, lanjut Itje, literasi mencakup pemahaman teks dan konteks secara kritis, sedangkan numerasi melibatkan kemampuan untuk berpikir secara logis dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Jago dongeng, anak di Bangka raih AKI 2024 dari Mendikbudristek
Itje mengatakan, kolaborasi antar pemangku kepentingan seperti guru, kepala sekolah, dan orang tua sangat penting dalam meningkatkan literasi dan numerasi.
Kerja sama antarpihak itu mencakup pengembangan komunitas belajar dan berbagi praktik yang baik, di mana pengalaman dan pengetahuan dapat saling dibagikan.
“Merdeka Belajar mendorong kolaborasi yang lebih luas dalam dunia pendidikan. Dengan adanya kolaborasi, literasi dan numerasi dapat diperkaya dengan perspektif dari berbagai pemangku kepentingan yang berbeda, sehingga mendorong terciptanya pembelajaran yang lebih menyeluruh dan kontekstual,” tegas Itje.
Adapun manfaat dari kegiatan ini, lanjutnya, sebagai landasan terciptanya semangat gotong royong yang berkelanjutan antara seluruh pemangku kepentingan yang bersinergi dengan saling memberdayakan dalam upaya pemulihan pembelajaran.
Selain itu melalui kegiatan ini akan menjadi wadah untuk saling berbagi praktik baik atas aksi nyata dalam meningkatkan literasi dan numerasi. Seluruh aksi nyata yang tercipta dapat dimanfaatkan dan direplikasi sebagai program yang berkelanjutan sebagai upaya pemulihan pembelajaran.
Baca juga: Mantan Menristek: Mendikbud harus ikut tentukan anggaran pendidikan di K/L lain