Jakarta (ANTARA) - Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi salah satu tren teknologi paling signifikan dan telah membawa perubahan besar di berbagai sektor, termasuk penegakan hukum, salah satunya dalam penanganan kejahatan narkotika.

Dalam webinar di Jakarta, Kamis (10/10), Kepala BNN Komjen Pol Marthinus Hukom menilai teknologi kecerdasan buatan mampu meningkatkan efisiensi dalam pengawasan, deteksi, dan pencegahan peredaran narkotika yang semakin kompleks.

"Penting memahami dan memanfaatkan AI secara produktif dan positif," kata Marthinus dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

Marthinus berpendapat, salah satu penerapan kecerdasan buatan yang paling menonjol, yakni dalam analisis data. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, pihak berwenang dapat menganalisis pola distribusi narkotika serta mengidentifikasi berbagai titik rawan yang menjadi pusat peredaran.

Selain itu, sambung dia, kecerdasan buatan mampu memproses data transaksi keuangan dan komunikasi yang mencurigakan, sehingga memudahkan pelacakan jaringan pengedar narkoba.

Namun, ia menyebutkan terdapat pula tantangan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam penegakan hukum, di mana isu privasi dan potensi penyalahgunaan teknologi menjadi perhatian utama.

Oleh karena itu, dirinya menilai penting bagi setiap keluarga yang mengimplementasikan kecerdasan buatan untuk mematuhi prinsip etika dan hukum yang berlaku.

Di sisi lain, Kepala BNN menekankan pentingnya menyiapkan antisipasi serta mitigasi terhadap dampak negatif dari perkembangan teknologi kecerdasan buatan.

Baca juga: Pakar sebut nilai luhur bangsa jadi penyatu pada era AI

Baca juga: Nelayan Kutawaru Cilacap manfaatkan kecerdasan buatan untuk pilah ikan


Pasalnya, kata dia, dunia berkembang sangat cepat dan cenderung tidak terduga. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dinamis, terdapat implikasi pada kompleksitas permasalahan narkotika.

Dirinya juga memperkirakan perkembangan teknologi akan menimbulkan berbagai bentuk kejahatan narkotika baru dengan modus yang semakin canggih, yang dapat mempersulit pendeteksian oleh petugas.

"Bukan tidak mungkin informasi dan pengetahuan seputar narkoba atau zat adiktif akan direkayasa oleh sindikat narkotika untuk membentuk kebenaran baru sesuai agenda bisnis gelap mereka," ungkap dia.

Kendati demikian, Marthinus mengatakan meskipun kecerdasan buatan hanya alat, cara teknologi tersebut digunakan akan sangat menentukan dampak jangka panjangnya terhadap masyarakat.

Dengan pendekatan yang bijak dan bertanggung jawab, lanjut dia, kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat yang signifikan bagi upaya pemberantasan kejahatan narkotika di Indonesia.

Adapun webinar bertajuk Future Life with Artificial Intelligence merupakan salah satu upaya BNN dalam menghadapi perkembangan teknologi robotik, di mana kemampuan pengambilan keputusan oleh sistem kecerdasan buatan seyakin menyerupai pola pikir manusia.

Acara tersebut diikuti oleh kurang lebih 500 peserta, yang berasal dari BNN Pusat, BNN Provinsi, BNN Kabupaten/Kota, serta Balai/Loka Rehabilitasi BNN di seluruh Indonesia.