Jasa Marga larang angkutan berat berlebih di tol
15 Juni 2014 20:02 WIB
ilustrasi Program Perbaikan Jalan Tol Antrean kendaraan di jalan Tol Wiyoto Wiyono, Jakarta, Senin (28/4). Kementerian Pekerjaan Umum melanjutkan upaya perbaikan dan pembangunan jalan tol baru pada tahun ini dengan anggaran mencapai sekitar Rp. 111 triliun. (ANTARA FOTO/M. Agung Rajasa) ()
Jakarta (ANTARA News) - PT Jasa Marga (Persero) Tbk memastikan akan melarang segala jenis angkutan berat berlebih melintas di jalan tol milik mereka mulai awal Juli tahun 2014, selain untuk meningkatkan pelayanan, juga mendidik masyarakat akan pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan Muatan Sumbu Terberat (MST) 10 ton.
"Salah satu masukan strategis dari temu pelanggan hari ini adalah pembatasan dan pelarangan angkutan berat overload (berlebih) di jalan tol, selain permintaan agar transaksi di gerbang tol nontunai di tingkatkan," kata Direktur Operasi Jasa Marga, Hasanudin kepada pers di sela "Jasa Marga Automotive Gathering" di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, Minggu.
Menurut Hasanudin, pembatasan atau pelarangan angkutan berat berlebih ini saat ini sudah mendesak karena selain menyebabkan daya rusak terhadap jalan tol lebih cepat, juga mengganggu pelayanan di jalan tol, khususnya terkait dengan kelancaran dan kecepatan wajar di jalan bebas hambatan.
"Ciri truk bermuatan berat biasanya kecepatan di tol di bawah 60 kilometer per jam sekitar 20-30 kilometer per jam, padahal ketentuan rata-rata kecepatan paling rendah seharusnya 60 kilometer di jalan tol sehingga kemacetan atau perlambatan di jalan tol tidak bisa dihindari," katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, Jasa Marga akan berkoordinasi dengan Korlantas Mabes Polri dalam dua pekan ke depan, sekaligus membuat semacam nota kesepahaman, setelah itu, sekitar awal Juli, kebijakan itu sudah bisa diterapkan di sejumlah ruas tol milik BUMN Tol tersebut secara bertahap.
"Ruas ruas prioritas untuk penerapan itu adalah Jalan Tol Jakarta- Cikampek, Jakarta-Tangerang, Tol Cipularang, Surabaya-Gempol," katanya.
Ia juga menambahkan, bentuk pelarangan dan pembatasan di sejumlah ruas itu antara lain dengan penindakan berupa penilangan untuk mereka yang sudah terlanjur masuk jalan tol dengan tonase berlebih.
"Ke depan, kami akan menjajaki kerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk kemungkinan pembuatan jembatan timbang di dalam jalan tol," katanya.
Terkait dengan penyelenggaran Jasa Marga Automotive Gathering itu, Hasanudin menyebutkan bertujuan untuk membangun budaya tertib berlalu lintas di jalan tol.
Selama 2013, jumlah kecelakaan yang terjadi di seluruh jalan tol di Indonesia sebanyak 1.701 kejadian. Jumlah ini memang turun 4,5 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai 1.782 kendaraan. Namun, dari faktor penyebab kecelakaan, prosentasenya masih sekitar 80 oleh pengemudi.
"Umumnya pengemudinya ngantuk, lelah, kurang antisipasi atau melanggar aturan lalu lintas," katanya.
(E008/A011)
"Salah satu masukan strategis dari temu pelanggan hari ini adalah pembatasan dan pelarangan angkutan berat overload (berlebih) di jalan tol, selain permintaan agar transaksi di gerbang tol nontunai di tingkatkan," kata Direktur Operasi Jasa Marga, Hasanudin kepada pers di sela "Jasa Marga Automotive Gathering" di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, Minggu.
Menurut Hasanudin, pembatasan atau pelarangan angkutan berat berlebih ini saat ini sudah mendesak karena selain menyebabkan daya rusak terhadap jalan tol lebih cepat, juga mengganggu pelayanan di jalan tol, khususnya terkait dengan kelancaran dan kecepatan wajar di jalan bebas hambatan.
"Ciri truk bermuatan berat biasanya kecepatan di tol di bawah 60 kilometer per jam sekitar 20-30 kilometer per jam, padahal ketentuan rata-rata kecepatan paling rendah seharusnya 60 kilometer di jalan tol sehingga kemacetan atau perlambatan di jalan tol tidak bisa dihindari," katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, Jasa Marga akan berkoordinasi dengan Korlantas Mabes Polri dalam dua pekan ke depan, sekaligus membuat semacam nota kesepahaman, setelah itu, sekitar awal Juli, kebijakan itu sudah bisa diterapkan di sejumlah ruas tol milik BUMN Tol tersebut secara bertahap.
"Ruas ruas prioritas untuk penerapan itu adalah Jalan Tol Jakarta- Cikampek, Jakarta-Tangerang, Tol Cipularang, Surabaya-Gempol," katanya.
Ia juga menambahkan, bentuk pelarangan dan pembatasan di sejumlah ruas itu antara lain dengan penindakan berupa penilangan untuk mereka yang sudah terlanjur masuk jalan tol dengan tonase berlebih.
"Ke depan, kami akan menjajaki kerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk kemungkinan pembuatan jembatan timbang di dalam jalan tol," katanya.
Terkait dengan penyelenggaran Jasa Marga Automotive Gathering itu, Hasanudin menyebutkan bertujuan untuk membangun budaya tertib berlalu lintas di jalan tol.
Selama 2013, jumlah kecelakaan yang terjadi di seluruh jalan tol di Indonesia sebanyak 1.701 kejadian. Jumlah ini memang turun 4,5 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai 1.782 kendaraan. Namun, dari faktor penyebab kecelakaan, prosentasenya masih sekitar 80 oleh pengemudi.
"Umumnya pengemudinya ngantuk, lelah, kurang antisipasi atau melanggar aturan lalu lintas," katanya.
(E008/A011)
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: