Jakarta (ANTARA) - Museum Nasional Indonesia (MNI) menampilkan pameran “Menabuh Nekara Menyiram Api” untuk menarasikan kisah kebakaran yang melanda museum tersebut pada 16 September 2023 lalu, agar pengunjung dapat ikut merasakan proses penyelamatan benda-benda bersejarah oleh para kurator.

“Kita mengambil nama ‘Nekara’ karena pada masa perundagian, benda yang terbentuk dari perunggu tersebut sering digunakan untuk ritual pemanggil hujan, jadi dalam pameran ini kami menyertakan presentasi besar tentang pemulihan penanganan pascakebakaran di tahun lalu,” kata Penanggung Jawab Unit Museum Nasional Indonesia Ni Luh Putu Chandra Dewi di Jakarta, Jumat.

Museum Nasional mengajak para awak media tur di Museum Nasional Indonesia sebelum pembukaan kembali museum tersebut untuk umum pada 15 Oktober 2025, di mana salah satu garis besar narasi wajah baru yang ditampilkan yakni keberhasilan penyelamatan beberapa koleksi yang sempat rusak akibat kebakaran.

“Satu tahun tutup kita telah melakukan banyak hal, mulai dari rekonstruksi, mitigasi, penanganan bencana, dan pada 15 Oktober mendatang, untuk pertama kalinya kami menampilkan secara transparan semua data pascakebakaran tahun lalu,” ujar dia.

Baca juga: Museum Nasional hadirkan arca Nandi tersenyum di Pameran Repatriasi
Baca juga: Museum Nasional tampilkan narasi baru di tiga gedung mulai 15 Oktober

Salah satu arca yang berhasil diselamatkan oleh para kurator pascakebakaran dipamerkan di Museum Nasional Indonesia dan dapat dilihat secara langsung oleh publik pada Selasa (15/10/2024) mendatang. ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari


Dari sekian banyak koleksi yang diselamatkan, Chandra menyebutkan bahwa berdasarkan keterangan dari para kurator, benda berbahan kayu dan kain adalah yang paling sulit diselamatkan.

“Kejadian tahun lalu cukup membuat kami terpukul, dan tentu saja kami terkejut dengan apa yang terjadi dengan rumah kami, tetapi itu tidak membuat kami tidak berhenti, sehingga kami tampil kembali di tahun ini setelah satu tahun menutup museum untuk menyelamatkan koleksi,” paparnya.

Bangunan terdampak kebakaran berada di sisi barat gedung A MNI meliputi Galeri Prasejarah, Galeri Perunggu, Galeri Peradaban Islam, Galeri Terakota, Galeri Keramik, Ruang Budaya Indonesia, dan Ruang Alam Indonesia, dengan luas area terbakar sebesar 1.792,12 meter persegi dari total luas area gedung A sebesar 7.391,88 meter persegi.

Baca juga: Menko PMK resmikan pembukaan kembali Museum Nasional Indonesia
Baca juga: Museum Batik: Dunia sudah akui batik sebagai identitas Indonesia


Sebanyak 902 total koleksi terdampak kebakaran Museum Nasional, 231 di antaranya dari galeri keramik, 49 dari galeri peradaban, 92 dari galeri perunggu, 225 dari galeri prasejarah, 180 dari galeri terakota, dan 125 dari ruang kebudayaan Indonesia.

Klasifikasi tingkat kerusakan fisik koleksi dibagi menjadi tiga, yakni tinggi sebesar 27,4 persen, sedang 28,2 persen, dan rendah 44,4 persen.

Sedangkan jenis koleksi yang terbakar, 25,7 persen merupakan koleksi keramik, 25,3 persen koleksi prasejarah, 24,3 persen koleksi arkeologi, 24,5 persen koleksi etnografi, dan 0,2 persen koleksi numismatik, heraldik.

Untuk mengantisipasi agar kejadian kebakaran tidak terulang kembali, Chandra mengemukakan bahwa MNI terus meningkatkan keamanan dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan memasang sistem teknologi terbaru untuk mitigasi bencana.

“Keamanan kita tingkatkan, SDM-SDM secara terus-menerus kita lakukan bimbingan teknis (bimtek) keamanan, kita maksimalkan kembali. Sistem keamanan alarm, CCTV, kalau ada asap akan otomatis menyala, ada juga pendeteksi asap dan fire sprinkler,” tuturnya.

Baca juga: Pameran repatriasi bakal lengkapi wajah baru Museum Nasional
Baca juga: Pascakebakaran, Museum Nasional dibuka kembali pada 15 Oktober 2024
Baca juga: Museum Nasional sambut kepulangan koleksi lewat Pameran Repatriasi