Jakarta (ANTARA) - Yayasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan pengimplementasian proyek dari 20 wirausaha sosial dalam program hibah kompetisi (grant-competition) Pikiran Terbaik Negeri atau "PTN" dapat menghasilkan dampak sosial yang berlipat ganda (multiplying impact).

“Mereka (20 wirausaha sosial terpilih) harus membuktikan bahwa grant (hibah) yang mereka terima itu benar-benar bisa multiplying impact. Harapannya itu bisa melipatgandakan kebaikan atau manfaat yang mereka lakukan dari grant tersebut,” kata Research and Development Program Manager Yayasan BUMN Heru Komarudin saat dijumpai ANTARA di SMA Labschool Cibubur, Kota Bekasi, Kamis.

Yayasan BUMN telah memilih sebanyak 20 wirausaha sosial dari sekitar 1.000 pendaftar program PTN. Mereka telah menerima dana hibah dengan total Rp3 miliar yang digunakan untuk mewujudkan gagasan menjadi inovasi.

Setelah menjalani tahap bootcamp dan grand final pitching, saat ini ke-20 wirausahawan itu tengah mengimplementasikan proyek yang sudah dipresentasikan saat pitching. Menurut Heru, para wirausahawan itu nantinya harus bisa menunjukkan bahwa dana hibah yang mereka terima mampu dikelola secara baik.

Adapun target dampak sosial yang berlipat ganda nantinya ditunjukkan dalam impact report, setelah tahap implementasi proyek berakhir. Pada tahap terakhir, yakni final showcase yang dijadwalkan berlangsung pada 20 November mendatang, seluruh wirausahawan akan mempresentasikan sejauh mana dampak sosial yang mereka hasilkan.

Ke-20 wirausaha sosial terpilih berfokus pada isu kesehatan ibu dan anak, kesehatan mental, serta lingkungan yang terdiri atas keberlanjutan pangan dan pengelolaan limbah. Mereka antara lain Arconesia, Bell Living Lab, BenihBaik.com, BIKI, eHealth.co.id, Fairatmos, Gede Jamur, Greenlabs: PT Inovasi Hijau Indonesia, Ikanesia, Indonesian Prenatal Institute, Into The Light Indonesia, Jokeen Energy, Kulaku Indonesia, Nexmedis, Olat Maras Power, Psikologimu, PT Semesta Retail Services, Recycling Village, Rezycology, dan Riliv.

Dalam kewirausahaan, Heru tak menampik bahwa aspek pendapatan atau revenue menjadi pertimbangan dalam keberlanjutan bisnis. Namun, kewirausahaan sosial justru tidak hanya memikirkan aspek pendapatan saja, melainkan juga mengedepankan dampak sosial. Oleh sebab itu, penting bagi ke-20 wirausaha sosial untuk benar-benar tepat dalam menentukan penerima manfaat (beneficiary) yang menjadi target pasar mereka.

Heru mencontohkan sektor kesehatan mental yang jumlah wirausaha sosialnya masih sedikit. Ada tiga wirausaha untuk sektor ini yang mengikuti program hibah PTN, antara lain Into The Light Indonesia, Psikologimu, dan Riliv. Meskipun mereka sama-sama berfokus pada isu kesehatan mental, namun masing-masing memiliki target penerima manfaat yang berbeda dan bisa saling melengkapi satu sama lain.

Into The Light Indonesia, misalnya, menawarkan program pendampingan kesehatan mental untuk remaja di sekolah melalui peer support yang dinamakan CARE (Companionship for Adolescent as Resilient Empowerment). Selama periode implementasi proyek, mereka menargetkan bisa memberi pelatihan di 6-7 SMA/SMK di beberapa kota.

“Kami intervensi di usia SMA populasi sehat berisiko karena melihat bahwa ada sebenarnya data yang bilang bahwa 60-66 persen remaja di Indonesia ini memiliki pemikiran bunuh diri yang dipicu adanya bullying di lingkungan sekolahnya. Itu yang menjadi dasar kami kenapa kami melakukan CARE ini di lingkup siswa SMA dan SMK,” kata Koordinator Program CARE dari Into The Light Indonesia, Gilang Herdyan.

Dalam program CARE, tim Into The Light memberi pelatihan kepada beberapa siswa dan guru terpilih mengenai psychological first aid dan suicide first aid. Melalui pelatihan tersebut, siswa dan guru diharapkan mampu menjadi pendamping yang memberi pertolongan pertama psikologis bagi siswa lainnya yang membutuhkan. Tak sampai di situ, siswa dan guru juga didorong untuk merancang safeguarding policy yang nantinya dapat dijadikan panduan kebijakan kesehatan mental di sekolah.

Baca juga: Yayasan BUMN tingkatkan kualitas wirausaha sosial lewat PTN
Baca juga: Wirausaha sosial "PTN" berpeluang terhubung ke ekosistem BUMN