Semarang (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Aris Munandar menekankan pentingnya memperhatikan "swing voters" atau suara pemilih mengambang pada pemilihan kepala daerah (pilkada), termasuk di Kota Semarang.

"'Swing voters' ini ada yang gampang dipengaruhi atau berpindah hati, dan ada yang susah. Tergantung bagaimana paslon (pasangan calon) dan tim sukses menggiring mereka," katanya, di Semarang, Kamis.

Hal tersebut disampaikannya saat diskusi "Membaca Peta Politik Pilwakot Semarang 2024 Jilid 5; Merebut Swing Voters" yang digelar Forum Media Online Kota Semarang (Fomos) di Rumah Popo, Kota Lama, Semarang.

Menurut dia, "swing voters" cenderung tidak terikat pada ideologi partai dan bisa dipengaruhi isu-isu terkini, serta gagasan yang ditawarkan kedua pasangan calon.

"'Swing voters' akan melihat bagaimana paslon berkampanye, gagasannya yang disampaikan, misalnya terkait cara mengatasi banjir dan rob, mengatasi kemacetan, isu-isu tenaga kerja, infrastruktur, transportasi, dan lain-lain," katanya.

Bahkan, kata dia, "swing voters" juga cenderung lebih aktif mencari informasi terkait program-program kedua pasangan calon.

"Pilihan politik mereka cenderung berubah-ubah tergantung bagaimana kedua pasangan calon meyakinkan pemilih," katanya.

Pilkada Kota Semarang 2024 diikuti dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota, yakni Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin yang diusung PDI Perjuangan di nomor urut satu.

Di nomor urut dua, pasangan Yoyok Sukawi-Joko Santoso yang diusung koalisi sembilan partai politik, yakni Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai NasDem.

Diskusi itu juga menghadirkan peneliti Indoriset Strategies Mukhlis Raya yang memaparkan hasil survei bahwa tingkat keterpilihan Yoyok-Joko sebesar 62 persen, unggul jauh di atas Agustina-Iswar dengan elektabilitas 17,5 persen.

Masih ada 20 persen yang menjadi "undecided voters" atau suara yang belum menentukan pilihan, lanjut dia, dan hanya 0,5 persen berpotensi menjadi golongan putih alias golput.

Mukhlis mengatakan bahwa alasan utama responden memilih Yoyok-Joko adalah karena pengalaman, kinerja yang dinilai baik, serta kesesuaian visi dan misi. Faktor lain, seperti asal daerah juga menjadi pertimbangan, meskipun tidak dominan.

Di sisi lain, pemilih pasangan Agustina-Iswar juga mempertimbangkan visi, misi, pengalaman pasangan calon, dan kinerja, namun partai politik pengusung dan gender lebih berperan dalam keputusan memilih.

Jika melihat sisa masa kampanye, kata dia, Yoyok-Joko lebih berpeluang besar untuk memperkuat elektabilitas, terutama dengan menarik pemilih yang belum menentukan pilihan.

Sementara pasangan Iswar-Agustina juga masih memiliki kesempatan untuk meraih simpati pemilih dengan mengoptimalkan mesin partai dan isu gender.

"Jumlah 'undecided voters' yang mencapai 20 persen cukup signifikan, sehingga setiap calon perlu lebih mengefektifkan strategi kampanye untuk memaksimalkan potensi ini," katanya.

Survei tersebut dilakukan pada 24-28 September 2024 dengan jumlah 440 responden warga Kota Semarang yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT), dengan metode "multistage random sampling"secara tatap muka dan "margin of error" sebesar 4,77 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Wali Kota Semarang ajak jaga situasi kondusif jelang pilkada
Baca juga: Indo Barometer: Elektabilitas Yoyok Sukawi kalahkan petahana dan Dico