Jakarta (ANTARA) - Investor kawakan Lo Kheng Hong menyebut "wonderful company" menjadi kriteria ideal dalam penentuan saham, di mana ia menjadikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI sebagai contoh.
"BNI adalah contoh 'wonderful company'," kata Lo Kheng Hong saat BNI Investor Daily Summit 2024, dikutip dari keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, "wonderful company" memenuhi enam prasyarat yang dapat dilihat pada kinerja perusahaan.
Syarat pertama yaitu kejujuran pengendali, direksi dan komisaris perusahaan. "Jika mereka tidak jujur, saya tidak akan membeli saham perusahaan tersebut," ujarnya.
Syarat kedua adalah bidang usaha perusahaan. Dia berpendapat tidak semua bidang usaha layak untuk diinvestasikan. Lo hanya membeli saham perusahaan yang memiliki bidang usaha yang kuat dan prospektif.

Baca juga: Mirae Asset: Saham "blue chip" topang pasar pada semester II 2024
Ketiga, laba yang besar. Lo menekankan pentingnya berinvestasi pada perusahaan yang mencatatkan laba besar.
Keempat, pertumbuhan perusahaan. Ini terkait dengan tumbuh atau tidaknya laba perusahaan yang diinvestasikan.
Kelima, valuasi saham. "Perusahaan bagus sekalipun, jika valuasinya terlalu mahal, saya tidak akan membelinya. Saya hanya bersedia membeli perusahaan bagus di harga wajar, atau jika bisa, saat harga diskon,” jelas dia.
Terakhir, dividend yield. Menurut Lo, dividend yield yang tinggi sangat menarik karena memberikan keuntungan pasif bagi investor.
Menimbang keenam syarat itu, Lo menilai BNI sebagai bank besar menjadi salah satu yang memenuhi kriteria wonderful company.
Di sisi lain, Direktur Wholesale and International Banking BNI Agung Prabowo menyatakan BNI berkomitmen untuk terus memberikan kinerja yang baik bagi para pemangku kepentingan.
Bank meyakini perusahaan yang sehat menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan ekonomi melalui pasar modal yang likuid.

Baca juga: BEI akan pangkas daftar saham "short selling" jadi IDX30 atau LQ45

Baca juga: BEI lakukan penyesuaian evaluasi indeks IDX80, LQ45, dan IDX30