Gianyar, Bali (ANTARA) -
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Ketut Surya Adnyani mengunjungi pekerja migran Indonesia (PMI) asal Gianyar, Provinsi Bali, yang berhasil dievakuasi dari perang di Lebanon, karena pahlawan devisa negara.

"Kami sambangi Ni Kadek Sriari Asal Banjar Belusung Kaja, Desa Pejeng Kaja, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, untuk berikan semangat. Karena selama ini dia adalah pahlawan devisa negara," kata Kadisnaker Gianyar, dalam keterangan pers, di Gianyar, Kamis.

Kunjungan ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah kepada PMI yang telah ikut menyumbang devisa untuk negara.

Dek Sri sapaan akrabnya, merupakan satu dari tiga orang warga asal Bali yang berhasil dipulangkan ke Tanah Air dari Lebanon oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) akibat perang yang sedang berlangsung antara Hizbullah dan Pasukan Israel.
Dalam kunjungannya, Kadisnaker, Dayu Surya mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan semua pihak terkait keberhasilan evakuasi pemulangan PMI asal Gianyar.

“Informasi yang kami dapat dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali dan koordinasi yang dilakukan dengan Kementerian Luar Negeri. Salah satunya juga ada warga dari Gianyar,” kata Dayu Surya.
Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. “Atas dasar koordinasi yang begitu intens, sehingga kemarin warga kami sudah tiba di Bali dengan selamat,” ungkapnya.
Di sisi lain, ia juga mewanti-wanti ke kepala desa agar lebih berhati-hati memberikan rekomendasi bagi CPMI. “Karena ujung tombaknya ada di desa, kami titip ke depannya kalau ada yang minta rekomendasi warga yang ingin bekerja keluar negeri, mohon berhati-hati lagi. Kalau tidak tahu, bisa kontak kami di Disnaker melalui layanan terpadu satu atap terkait dokumen CPMI,” lanjutnya.

Hal ini, sejalan dengan Perda Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pelindungan Pekerja Migran Krama Gianyar.

Sementara itu, Dek Sri merasa sangat bersyukur sekaligus lega akhirnya berhasil pulang ke Gianyar dalam kondisi selamat.

Namun demikian, Dek Sri mengaku masih trauma setiap kali mengenang suara dentuman bom. Meskipun tidak persis berada di titik konflik, dirinya mengatakan pernah melihat orang-orang bersenjata saling baku tembak.
Maka dari itulah, beberapa kali dirinya menyampaikan keinginannya untuk pulang, namun berkali-kali pula tidak digubris oleh bosnya karena kontrak kerjanya tertandatangani selama 2 tahun.

“Bos bilang gak apa-apa. Perang itu katanya sudah biasa di sini,” ungkap Dek Sri.

Namun baginya yang pertama kali mendengar ledakan bom, suasana tersebut dirasakan sangat mencekam.
Akhirnya dengan keberanian, Dek Sri bersama dua rekannya melapor ke KBRI di Lebanon agar bisa pulang. “Kami melapor ke KBRI minta pulang. Kita kan baru pertama kali mendengar bom, jadi kita ketakutan dan minta pulang,” jelasnya.

Beberapa waktu setelah laporan tersebut lah pihak KBRI menjemput Dek Sri dan kawan-kawan di Beirut.

Namun, Dek Sri dan kawan-kawan tak bisa membawa banyak barang. Sebagian ditinggal di tempat kerja. “Yang terpenting bawa surat-surat, ada pakaian dan stok makanan yang masih di tempat kerja,” jelasnya.

Baca juga: Pemprov Bali fasilitasi kepulangan 3 PMI dari Lebanon hari ini
Baca juga: Kemlu: Total 40 WNI dari Lebanon sudah di Tanah Air hingga Senin sore
Baca juga: Kemlu pastikan 65 WNI dievakuasi dari Lebanon hingga Oktober 2024