Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe dalam konferensi pers di Denpasar, Bali, Kamis, mengatakan tema yang diangkat UWRF tahun ini adalah "Satyam Vada Dharmam Chara: Speak the Truth, Practice Kindness", mengambil inspirasi dari epik Mahabharata dan dikaitkan dengan konsep filosofi Hindu Bali "Tri Pramana".
Filosofi tersebut menekankan pentingnya mengamalkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan melalui Bayu (kemampuan untuk hidup), Sabda (kemampuan untuk bersuara), dan Idep (kemampuan untuk berpikir).
"Sebagai festival sastra, UWRF ingin mendorong peran penulis dalam mempromosikan nilai-nilai ini melalui karya-karyanya," katanya.
Sebanyak 181 penulis Indonesia akan bersanding dengan 336 pembicara dari 20 negara lain. Festival tersebut dirangkai dalam 266 program di 70 venue kegiatan.
Panitia menargetkan lebih 10.000 orang akan menghadiri festival tersebut.
Untuk jajaran pembicara Indonesia tahun ini hadir antara lain jurnalis Andreas Harsono, penulis Dicky Senda dari Nusa Tenggara Timur, penulis dan aktivis Ayu Utami, sutradara Lola Amaria dan SoesiloToer, tokoh masyarakat dan adik dari penulis ternama Pramoedya Ananta Toer.
Terkait isu lingkungan akan dibuka oleh Amitav Ghosh, seorang penulis dari India yang akan membahas tentang hubungan kolonialisme dengan perubahan iklim. Selain itu, tokoh-tokoh Bali yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu lingkungan akan mengisi "side event" untuk terlibat dalam festival itu.
Titik utama di Taman Baca di Jalan Raya Sanggingan dan Indus Restoran, namun ada banyak venue di Ubud karena festival ini mengedepankan kolaborasi agar memberikan dampak terhadap seluruh komunitas di Ubud.
Festival dimulai pukul 09.00 Wita sampai sore yang merupakan program utama di festival hub. Kemudian pada malam hari dilanjutkan dengan pemutaran film, musik, monolog dan kegiatan sastra lainnya.
Yang paling menonjol pada tahun ini, pembicara lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Deretan pembicara internasional pertama menampilkan penulis India sekaligus pemikir terkemuka dunia, Amitav Ghosh; penulis multifaset keturunan China-Prancis-Amerika dan nomine Women’s Prize for Fiction 2024, Aube Rey Lescure; penulis Australia kelahiran Vietnam di balik buku sensasional The Boat, Nam Le; nomine International Booker Prize tahun 2022, Bora Chung; dan penyair Aborigin Yankunytjatjara yang juga merupakan seniman dan penulis tujuh buku terkenal, Ali Cobby Eckermann.
Sedangkan dari Indonesia, penulis ternama dan aktivis 1998 Ayu Utami akan memeriahkan festival tahun ini bersama dua penulis perjalanan dan jurnalis, Agustinus Wibowo dan Fatris MF; penulis novel "Gadis Kretek" yang telah diadaptasi oleh Netflix, Ratih Kumala; penulis asal Bali dan penerima S.E.A Write Award tahun 2012, Oka Rusmini; pegiat hak asasi manusia dan penulis Robin Lim, dan Seno Gumira Ajidarma, tokoh terkemuka di balik kredo "Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus berbicara".
Nama lainnya yakni Goenawan Mohamad, Dee Lestari, Omar Musa, Agung Mango, Dian Kristiani, Abdi Karya Ibe Palogai, Sri Paduka Mankonagara, dan Putik Padi.
“Kami mempersembahkan semua penulis-penulis baru dan ternama dari Indonesia dan berbagai belahan dunia dalam rangkaian program yang memukau, yang masing-masing akan menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca yang penuh rasa ingin tahu," kata Janet DeNeefe.
Baca juga: Festival Bali Berkisah tampilkan keragaman karya sastra
Baca juga: Pegiat seni moderen dan digital Bali diminta rawat ruang pembanguna