Kupang (ANTARA News) - Capres-cawapres Joko Widodo-M. Jusuf Kalla (Jokowi-JK) tidak perlu risau dengan adanya survei bahwa elektabilitasnya mandek dan terkejar Prabowo-Hatta karena publik mulai jenuh, kata pengamat hukum dan politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nicolaus Pira Bunga.

"Justru harus dipandang terbalik bahwa hasil penelitian itu diambil hikmah positifnya untuk semakin berbenah dan menjadi daya dorong untuk bangkit lagi dari kemandekan, serta lebih bergairah lagi dalam meraih simpati serta dukungan dari pemilih," ujarnya di Kupang, Sabtu.

Ia mengemukakan hal itu bekaitan dengan pernyataan peneliti utama Lembaga Survei Nasional (LSN) Dipa Pradipta bahwa elektabilitas Jokowi-JK mandek dan terkejar Prabowo-Hatta karena publik mulai jenuh terhadap figur Jokowi yang sejak setahun lalu terus diberitakan media massa bagaikan sosok manusia setengah dewa.

LSN pada Kamis (12/6) mengumumkan, jika pemilihan umum presiden (pilpres) dilaksanakan sesuai waktu survei terakhir mereka, maka pasangan Jokowi-JK hanya memperoleh 38,3 persen atau kalah dari Prabowo-Hatta yang mendapatkan 46,3 persen, dan sebanyak 14,9 persen responden menyatakan belum punya pilihan.

Sementara itu, Pira Bunga menilai bahwa salah satu faktor penyebab tingkat keterpilihan (elektabilitas) Jokowi-JK mandek berdasarkan hasil survei karena terpengaruh kampanye hitam dari sejumlah pihak.

"Kampanye hitam itu harus diakui bahwa pada saat-saat tertentu akan menjadi bumerang bagi pihak yang melakukannya," katanya.

Pira Bunga menambahkan, umumnya khalayak yang terimbas kampanye hitam adalah pemilih kelas menengah ke atas yang juga bisa dilanda kejenuhan terhadap isu kampanye hitam, dan berbalik arah mendukung pasangan Jokowi-JK.

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 akan diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. (*)