Telaah
Memacu pertumbuhan ekonomi dengan Tol Trans Jawa
Oleh Djoko Setijowarno *)
10 Oktober 2024 18:44 WIB
Arsip foto - Foto udara sejumlah kendaraan melaju di Jalan Tol Trans Jawa Ruas Tanjungmas - Srondol, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/5/2024). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/aww/pri.
Jakarta (ANTARA) - Pembangunan Tol Trans Jawa dirintis sekitar 40 tahun silam dan resmi terhubung pada 20 Desember 2018. Jalan tol ini membentang sepanjang 1.023 km dari Merak di Provinsi Banten hingga Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.
Penyelenggaraan jalan tol di Indonesia telah berjalan cukup lama, dimulai dengan adanya jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Tol Jagorawi dibangun pada tahun 1975 dan dibuka pada tahun 1978 (Bahfein dan Alexander, 2021).
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1978, pemerintah mengalihkan kewenangan pengelolaan, pemeliharaan, dan pengadaan jalan tol, termasuk tol Jagorawi, kepada PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Hingga Mei 2024 panjang jalan tol yang beroperasi telah mencapai 2.868,3 km. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target pembangunan jalan tol pada 2019-2024 adalah 2.500 km.
Guru Besar ekonomi Universitas Gadjah Mada Wihana Kirana Jaya menyebutkan konektivitas jalan tol Jakarta-Surabaya, dua kota terbesar di Indonesia, resmi terwujud 2018. Namun, penuntasan konektivitas jalan tol yang menghubungkan ujung barat Pulau Jawa di Cilegon dan ujung timur di Banyuwangi diperkirakan baru akan terwujud pada 2024.
Diperkirakan sebanyak 13 kota baru berbasis industri bakal dibangun dalam kurun waktu 10 – 30 tahun mendatang di wilayah Jawa Barat, tepatnya di Kawasan Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati). Kawasan ini telah didukung adanya Bandara Internasional Kertajati di Majalengka dan Pelabuhan Patimban di Subang. Sementara di Jawa Tengah terbangun PT Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Batang.
Pembangunan infrastruktur pada hakekatnya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi, salah satunya melalui jalan tol. Pembangunan jalan tol akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan multiplier effects bagi perekonomian.
Sebagai tulang punggung pembangunan infrastruktur nasional, sektor konstruksi telah menyerap tenaga kerja lebih dari 8 juta atau sekitar 5,5 persen dari total angkatan kerja.
Terhubungnya Jalan Tol Trans Jawa sejak tahun 2018, terbukti memperlancar arus dan meningkatkan perpindahan arus dan meningkatkan perpindahan orang, distribusi barang, dan pertumbuhan jasa.
Selain itu, dapat memangkas waktu perjalanan hingga 50 persen dan sekarang bersaing dengan moda KA dan pesawat terbang. Untuk menempuh perjalanan darat dari Jakarta – Semarang atau sebaliknya, sebelumnya 10 – 12 jam, sekarang dapat ditempuh 6 jam. Semarang – Surakarta sebelumnya 2 – 3 jam, sekarang cukup 1 jam. Semarang – Surabaya sebelumnya 6 – 8 jam, sekarang cukup 4 jam. Semarang – Malang cukup 5 jam, Semarang – Bandung cukup 5 jam.
Studi yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI) tentang Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi, menunjukkan kenaikan stok jalan sebesar 1 persen akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,8 persen.
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang dilewati jalan tol memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,015 persen lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang tidak dilewati jalan tol dan setelah dibangunnya jalan tol (Hudani, 2021).
Tak dapat dipungkiri, dalam proses pembangunan jalan tol, penggunaan lahan menjadi salah satu tantangan utama yang perlu dihadapi. Namun, langkah-langkah mitigasi terus dilakukan untuk memastikan jalan tol tetap dibangun selagi menjaga tata ruang lahan pertanian di Pulau Jawa.
Meskipun ada beberapa perubahan pada lahan pertanian dan alur irigasi, pengelola proyek bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan distribusi sarana pertanian dan pemasaran produk tidak terganggu.
Selain itu, pembukaan kawasan pemukiman dan industri baru di sepanjang jalur tol diharapkan dapat memberikan peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar tanpa mengabaikan upaya menjaga keseimbangan tata guna lahan pertanian.
Meskipun pembangunan Jalan Tol Trans Jawa memerlukan konversi lahan sebesar 655.400 hektare, langkah-langkah mitigasi telah diterapkan untuk meminimalkan dampak terhadap ketahanan pangan nasional.
Pulau Jawa memang menjadi pemasok utama pangan nasional, tetapi infrastruktur seperti jalan tol justru dapat membantu mendukung distribusi pangan yang lebih efisien dan memastikan akses yang lebih cepat dari produsen ke konsumen di seluruh wilayah Indonesia.
Terminal dan bus AKAP
Sejumlah terminal yang berada tidak jauh dari tol gate memberikan kemudahan angkutan umum antar kota (Bus AKAP) menaik-turunkan penumpang di sejumlah kota dengan lebih cepat.
Sejumlah terminal itu adalah Terminal Merak, Terminal Pulo Gebang (Jakarta), Terminal Harjamukti (Cirebon), Terminal Pemalang, Terminal Pekalongan, Terminal Mangkang (Semarang), Termina Bawen (Ungaran), Terminal Tingkir (Salatiga), Terminal Kertonegoro (Ngawi), Terminal Purabaya (Surabaya).
Dengan waktu tempuh yang lebih singkat, menjadikan masyarakat memiliki pilihan perjalanan jarak jauh, tidak hanya pesawat terbang dan KA, namun dapat beralih menggunakan jalan tol. Terlebih jika bepergian lebih dari seorang, ini dapat menghemat biaya perjalanan.
Perjalanan menggunakan Bus AKAP sebelum terhubungnya jaringan Jalan Tol Trans Jawa, dilakukan pada malam hari dengan bus eksekutif. Sekarang, para pengusaha Bus AKAP berlomba membuka jadwal operasi pagi dan siang.
Disamping itu, pengusaha bus juga menawarkan sejumlah layanan bus eksekutif tingkat (double decker) dan sleeper bus. Sekali lagi, masyarakat mendapat pilihan waktu perjalanan lebih banyak.
Lalu dari segi pengembangan wilayah, Jalan Tol Trans Jawa berhasil mendorong pertumbuhan kawasan ekonomi baru baik berupa pusat-pusat kegiatan ekonomi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) hingga bermunculannya kawasan industri di sepanjang jalur Jalan Tol Trans Jawa. Keberadaan akses masuk dan keluar jalan tol memang diyakini mampu mendongkrak perekonomian wilayah.
Warga yang lahannya terkena proyek tol mendapat ganti untung. Juga, masih diberikan kesempatan membuka usaha di rest area atau tempat istirahat dan pelayanan (TIP) yang terbangun.
Keberadaan Jalan Tol Trans Jawa dapat memacu pengembangan pariwisata di sejumlah daerah yang dilintasinya. Memberi daya ungkit bagi pertumbuhan perekonomian, di antaranya melalui sektor pariwisata serta pajak restoran dan hotel.
Secara makro, kehadiran Jalan Tol Trans Jawa telah memberikan banyak dampak positif, namun beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar jalan tol masih menghadapi tantangan terkait akses langsung ke jalan tersebut.
Sebagai respons terhadap hal ini, pengelola proyek bersama dengan pemerintah tengah mengkaji kebutuhan fasilitas tambahan seperti jembatan penyeberangan orang (JPO) untuk memudahkan mobilitas masyarakat setempat. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi kendala akses sambil tetap memaksimalkan manfaat besar yang ditawarkan oleh jalan tol bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Keberadaan jalan Tol Trans Jawa telah mempercepat pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dengan peningkatan signifikan dalam mobilitas orang dan distribusi barang. Namun, seiring dengan tingginya aktivitas angkutan barang, muncul tantangan baru terkait keselamatan, khususnya kecelakaan akibat pengemudi mengantuk dan micro sleep.
Untuk mengurangi risiko ini, berbagai langkah sedang dipertimbangkan, termasuk peningkatan fasilitas di rest area dan kampanye keselamatan berkendara. Dengan inovasi di sektor keselamatan, diharapkan jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan tol dapat berkurang secara signifikan
Keberadaan jalan Tol Trans Jawa setidaknya dapat memberikan kepastian dalam berperjalanan, sehingga pengguna menjadi senang.
*) Djoko Setijowarno adalah Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat
Penyelenggaraan jalan tol di Indonesia telah berjalan cukup lama, dimulai dengan adanya jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Tol Jagorawi dibangun pada tahun 1975 dan dibuka pada tahun 1978 (Bahfein dan Alexander, 2021).
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1978, pemerintah mengalihkan kewenangan pengelolaan, pemeliharaan, dan pengadaan jalan tol, termasuk tol Jagorawi, kepada PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Hingga Mei 2024 panjang jalan tol yang beroperasi telah mencapai 2.868,3 km. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target pembangunan jalan tol pada 2019-2024 adalah 2.500 km.
Guru Besar ekonomi Universitas Gadjah Mada Wihana Kirana Jaya menyebutkan konektivitas jalan tol Jakarta-Surabaya, dua kota terbesar di Indonesia, resmi terwujud 2018. Namun, penuntasan konektivitas jalan tol yang menghubungkan ujung barat Pulau Jawa di Cilegon dan ujung timur di Banyuwangi diperkirakan baru akan terwujud pada 2024.
Diperkirakan sebanyak 13 kota baru berbasis industri bakal dibangun dalam kurun waktu 10 – 30 tahun mendatang di wilayah Jawa Barat, tepatnya di Kawasan Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati). Kawasan ini telah didukung adanya Bandara Internasional Kertajati di Majalengka dan Pelabuhan Patimban di Subang. Sementara di Jawa Tengah terbangun PT Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Batang.
Pembangunan infrastruktur pada hakekatnya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi, salah satunya melalui jalan tol. Pembangunan jalan tol akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan multiplier effects bagi perekonomian.
Sebagai tulang punggung pembangunan infrastruktur nasional, sektor konstruksi telah menyerap tenaga kerja lebih dari 8 juta atau sekitar 5,5 persen dari total angkatan kerja.
Terhubungnya Jalan Tol Trans Jawa sejak tahun 2018, terbukti memperlancar arus dan meningkatkan perpindahan arus dan meningkatkan perpindahan orang, distribusi barang, dan pertumbuhan jasa.
Selain itu, dapat memangkas waktu perjalanan hingga 50 persen dan sekarang bersaing dengan moda KA dan pesawat terbang. Untuk menempuh perjalanan darat dari Jakarta – Semarang atau sebaliknya, sebelumnya 10 – 12 jam, sekarang dapat ditempuh 6 jam. Semarang – Surakarta sebelumnya 2 – 3 jam, sekarang cukup 1 jam. Semarang – Surabaya sebelumnya 6 – 8 jam, sekarang cukup 4 jam. Semarang – Malang cukup 5 jam, Semarang – Bandung cukup 5 jam.
Studi yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FE-UI) tentang Dampak Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi, menunjukkan kenaikan stok jalan sebesar 1 persen akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,8 persen.
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang dilewati jalan tol memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 0,015 persen lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang tidak dilewati jalan tol dan setelah dibangunnya jalan tol (Hudani, 2021).
Tak dapat dipungkiri, dalam proses pembangunan jalan tol, penggunaan lahan menjadi salah satu tantangan utama yang perlu dihadapi. Namun, langkah-langkah mitigasi terus dilakukan untuk memastikan jalan tol tetap dibangun selagi menjaga tata ruang lahan pertanian di Pulau Jawa.
Meskipun ada beberapa perubahan pada lahan pertanian dan alur irigasi, pengelola proyek bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan distribusi sarana pertanian dan pemasaran produk tidak terganggu.
Selain itu, pembukaan kawasan pemukiman dan industri baru di sepanjang jalur tol diharapkan dapat memberikan peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar tanpa mengabaikan upaya menjaga keseimbangan tata guna lahan pertanian.
Meskipun pembangunan Jalan Tol Trans Jawa memerlukan konversi lahan sebesar 655.400 hektare, langkah-langkah mitigasi telah diterapkan untuk meminimalkan dampak terhadap ketahanan pangan nasional.
Pulau Jawa memang menjadi pemasok utama pangan nasional, tetapi infrastruktur seperti jalan tol justru dapat membantu mendukung distribusi pangan yang lebih efisien dan memastikan akses yang lebih cepat dari produsen ke konsumen di seluruh wilayah Indonesia.
Terminal dan bus AKAP
Sejumlah terminal yang berada tidak jauh dari tol gate memberikan kemudahan angkutan umum antar kota (Bus AKAP) menaik-turunkan penumpang di sejumlah kota dengan lebih cepat.
Sejumlah terminal itu adalah Terminal Merak, Terminal Pulo Gebang (Jakarta), Terminal Harjamukti (Cirebon), Terminal Pemalang, Terminal Pekalongan, Terminal Mangkang (Semarang), Termina Bawen (Ungaran), Terminal Tingkir (Salatiga), Terminal Kertonegoro (Ngawi), Terminal Purabaya (Surabaya).
Dengan waktu tempuh yang lebih singkat, menjadikan masyarakat memiliki pilihan perjalanan jarak jauh, tidak hanya pesawat terbang dan KA, namun dapat beralih menggunakan jalan tol. Terlebih jika bepergian lebih dari seorang, ini dapat menghemat biaya perjalanan.
Perjalanan menggunakan Bus AKAP sebelum terhubungnya jaringan Jalan Tol Trans Jawa, dilakukan pada malam hari dengan bus eksekutif. Sekarang, para pengusaha Bus AKAP berlomba membuka jadwal operasi pagi dan siang.
Disamping itu, pengusaha bus juga menawarkan sejumlah layanan bus eksekutif tingkat (double decker) dan sleeper bus. Sekali lagi, masyarakat mendapat pilihan waktu perjalanan lebih banyak.
Lalu dari segi pengembangan wilayah, Jalan Tol Trans Jawa berhasil mendorong pertumbuhan kawasan ekonomi baru baik berupa pusat-pusat kegiatan ekonomi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) hingga bermunculannya kawasan industri di sepanjang jalur Jalan Tol Trans Jawa. Keberadaan akses masuk dan keluar jalan tol memang diyakini mampu mendongkrak perekonomian wilayah.
Warga yang lahannya terkena proyek tol mendapat ganti untung. Juga, masih diberikan kesempatan membuka usaha di rest area atau tempat istirahat dan pelayanan (TIP) yang terbangun.
Keberadaan Jalan Tol Trans Jawa dapat memacu pengembangan pariwisata di sejumlah daerah yang dilintasinya. Memberi daya ungkit bagi pertumbuhan perekonomian, di antaranya melalui sektor pariwisata serta pajak restoran dan hotel.
Secara makro, kehadiran Jalan Tol Trans Jawa telah memberikan banyak dampak positif, namun beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar jalan tol masih menghadapi tantangan terkait akses langsung ke jalan tersebut.
Sebagai respons terhadap hal ini, pengelola proyek bersama dengan pemerintah tengah mengkaji kebutuhan fasilitas tambahan seperti jembatan penyeberangan orang (JPO) untuk memudahkan mobilitas masyarakat setempat. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi kendala akses sambil tetap memaksimalkan manfaat besar yang ditawarkan oleh jalan tol bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Keberadaan jalan Tol Trans Jawa telah mempercepat pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dengan peningkatan signifikan dalam mobilitas orang dan distribusi barang. Namun, seiring dengan tingginya aktivitas angkutan barang, muncul tantangan baru terkait keselamatan, khususnya kecelakaan akibat pengemudi mengantuk dan micro sleep.
Untuk mengurangi risiko ini, berbagai langkah sedang dipertimbangkan, termasuk peningkatan fasilitas di rest area dan kampanye keselamatan berkendara. Dengan inovasi di sektor keselamatan, diharapkan jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan tol dapat berkurang secara signifikan
Keberadaan jalan Tol Trans Jawa setidaknya dapat memberikan kepastian dalam berperjalanan, sehingga pengguna menjadi senang.
*) Djoko Setijowarno adalah Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: