Jakarta (ANTARA) - Indonesia tengah berupaya mempercepat implementasi perjanjian perdagangan preferensial (PTA) dengan Kenya yang telah disepakati melalui Indonesia Africa Forum pada September lalu guna meningkatkan nilai dan jumlah perdagangan bilateral, menurut Kementerian Luar Negeri RI.

“Kami sekarang dalam tahap menjalani implementasi dan semua diskusi untuk benar-benar mewujudkan potensi kerja sama ini untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara,” kata Direktur Afrika Direktorat Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika Kemlu, Dewi Justicia Meidiwaty dalam Seminar 45 Tahun Hubungan Indonesia dan Kenya, di Banten, Kamis.

Dewi menuturkan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Kenya memang baru terjalin pada 1979, tetapi kedua negara telah memiliki hubungan yang kuat sejak konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Namun, hubungan perdagangan antar keduanya masih terbatas.

“Meskipun dari catatan saya, tren perdagangan antara kedua negara kita tumbuh sebesar 13,4 persen dari 2019 hingga 2023. Namun, masih banyak yang harus dilakukan dalam hal meningkatkan kerja sama kita,” ucapnya.

PTA, menurut Dewi, menjadi salah satu alat untuk meningkatkan perdagangan yang diiringi dengan penyediaan kerangka hukum guna melindungi investasi, baik dari Indonesia maupun Kenya, serta memastikan stabilitas dan kepastian bagi investor.

Baca juga: Dubes RI soroti capaian kerja sama bisnis dengan Kenya

Baca juga: 45 tahun RI-Kenya, KBRI Nairobi gelar IndoNEX 2024


Dia meyakini upaya-upaya tersebut tidak hanya dapat mendorong lebih banyak perusahaan Indonesia untuk berinvestasi di Kenya dan sebaliknya, tetapi juga akan memperkuat dan mempercepat kepercayaan untuk kemitraan ekonomi jangka panjang yang lebih berkelanjutan.

Duta Besar Kenya untuk RI Galma Mukhe Boru menuturkan bahwa investasi dari Indonesia merupakan salah satu area yang perlu ditingkatkan karena Indonesia kini menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Untuk itu, Pemerintah Kenya menantikan kerja sama dengan Indonesia untuk masuknya lebih banyak investasi di Kenya.

Dubes Galma menekankan bahwa sikap saling bantu dan saling membutuhkan antara Kenya dengan Indonesia tidak terhenti pada Konferensi Bandung, namun masih berlanjut hingga saat ini, terutama saat negara-negara di belahan bumi utara masih mendominasi dunia.

“Sebagai anggota belahan bumi selatan melalui Kerja sama Selatan-Selatan, kita perlu berkolaborasi untuk dapat saling mendukung dan dapat menjadi jangkar satu sama lain dalam hal Reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, reformasi arsitektur keuangan internasional yang tidak adil, pendanaan untuk tujuan pembangunan berkelanjutan, dan pendanaan iklim,” ujarnya.

Baca juga: RI-Kenya pererat hubungan diplomatik lewat pertukaran mahasiswa