Batam (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyebut modeling budi daya lobster yang berada di Balai Perikanan Budi Daya Laut, Batam, Kepulauan Riau, dapat menghasilkan Rp48 miliar dengan membangun 2.000 keramba jaring apung.

Dalam siklus satu kali panen, kata Trenggono, dapat menghasilkan 120 ton, yang membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun.

"120 ton nilainya berapa, kira-kira sekitar, ya rata-rata saja lah yang paling rendah Rp48 miliar. Satu kawasan ini bisa men-generate Rp48 miliar productivity," ujar Trenggono saat peresmian Modeling Budi Daya Lobster di Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL), Batam, Kepulauan Riau, Kamis.

Menurut Trenggono, angka tersebut hanya berasal dari satu tempat budi daya saja. Oleh karena itu, ia menargetkan akan memperluas budi daya lobster di seluruh wilayah Indonesia.

Trenggono juga menyampaikan modeling budi daya lobster tersebut akan memancing pertumbuhan ekonomi lainnya.

Lebih lanjut, Trenggono mengatakan lokasi perairan Kepulauan Riau dinilai sangat cocok untuk mengembangkan budi daya lobster. Dengan adanya lokasi budi daya, maka dapat menyerap tenaga kerja hingga 600 orang.

"Yang paling efisien untuk bekerja di sini 600 orang, artinya 600 keluarga dalam satu wilayah ini bisa di-generate," katanya.

Modeling budi daya lobster di Batam merupakan modeling keempat yang dimandatkan kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan, dari yang sebelumnya yaitu Modeling Budi Daya Udang di Kebumen, Modeling Budi Daya Rumput Laut di Wakatobi, Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang.

Pembangunan proyek percontohan ini, dalam rangka mengintegrasikan antara hulu (nursery), on-farm (KJA/kerangkeng pembesaran, kawasan budidaya kekerangan untuk pakan) dan hilir (gudang beku, dan unit pengolah lobster).

Selain itu, modeling ini juga bertujuan untuk peningkatan produktivitas, diseminasi teknologi budidaya lobster, peningkatan jumlah ekspor lobster, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan pembudi daya, yang pada akhirnya untuk pertumbuhan ekonomi wilayah, serta untuk peningkatan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Lobster merupakan salah satu komoditas penting yang bernilai ekonomi tinggi dan Indonesia memiliki potensi sumber daya benih bening lobster (BBL) yang melimpah. Estimasi Potensi BBL di 11 WPP RI sebesar 465.793.021 ekor (Kepmen KP No. 28 Tahun 2024 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang diperbolehkan dan Kuota Penangkapan BBL).

Berdasarkan satudata KKP, volume produksi budi daya lobster Indonesia pada 2023 mencapai 433 ton dengan nilai sebesar Rp179 miliar (angka sementara).

Potensi pasar makanan hasil laut di dunia, termasuk krustasea seperti lobster, diproyeksikan akan mencapai 53,86 miliar dolar AS pada tahun 2030.

Negara tujuan ekspor utama lobster Indonesia saat ini adalah China (47 persen), Taiwan (24 persen), dan Australia (13 persen).

Baca juga: KKP siap resmikan modeling budidaya lobster di Batam
Baca juga: KKP kembangkan kerang coklat tingkatkan produksi budi daya lobster
Baca juga: KKP: Kerja sama budidaya lobster dengan Vietnam masih berlangsung