Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menegaskan peran penting ASEAN sebagai sebuah “convening power” yang mampu mengajak semua pihak duduk bersama dan mengutamakan dialog dalam penyelesaian masalah.

Dalam keterangan persnya di sela-sela KTT ke-44 dan ke-45 ASEAN di Vientiane, Laos, Rabu (9/10), Retno mengatakan bahwa ASEAN terus mendorong dialog meski terdapat perbedaan posisi dan pandangan.

“Selama kita masih bisa berbicara, itu masih lebih baik daripada sudah tidak berbicara. Karena kalau sudah tidak berbicara, yang menjadi pilihan adalah penggunaan kekerasan,” ucap Retno, sebagaimana keterangan tertulis Sekretariat Wakil Presiden yang diterima di Jakarta, Kamis.

Kemampuan tersebut menjadi semakin penting di tengah berbagai isu yang dihadapi ASEAN, seperti isu Myanmar yang tak selesai dan justru menyebabkan sejumlah dampak ikutan, salah satunya yaitu merebaknya kejahatan transnasional.

Menlu mengatakan, ASEAN terus mengupayakan penyelesaian isu Myanmar melalui dialog dan mufakat serta implementasi Konsensus Lima Poin (5PC) yang dicapai melalui kesepakatan antara anggota ASEAN.

“Semua negara anggota ASEAN menilai bahwa situasi di Myanmar tidak semakin membaik, tetapi semakin memburuk. Dan dalam diskusi, disepakati kita terus berusaha untuk mendorong five point of consensus sebagai rujukan,” kata Menlu.

Pemimpin ASEAN turut bersepakat supaya Myanmar tidak diwakili oleh pejabat politis melainkan oleh pejabat teknis Kementerian Luar Negeri saat menghadiri forum-forum ASEAN.

Selain itu, Indonesia terus mendorong tercapainya kesepakatan antara negara-negara ASEAN mengenai turunan kebijakan dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).

Untuk itu, Indonesia sudah mengusulkan sejumlah inisiatif konkret seperti penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum dan peluncuran ASEAN Indo-Pacific Business Network yang akan memperkuat jejaring bisnis di kawasan, kata Retno.

Deklarasi AOIP untuk menetapkan konsep tersebut sebagai rujukan di masa depan ASEAN juga akan dilakukan para pemimpin ASEAN dalam KTT di Laos tahun ini, tutur dia menambahkan.

Sebagaimana tercermin dari langkah tersebut, tutur Retno, ASEAN tetap berusaha mempertahankan relevansinya di panggung internasional dengan menegaskan perannya sebagai platform dialog dan kerja sama yang inklusif.

Baca juga: Wapres paparkan tiga sektor kerja sama tingkatkan ekonomi ASEAN-Jepang
Baca juga: Filipina: Banyak intimidasi tak sesuai UNCLOS di Laut China Selatan