"Artinya, nilai ekonomi sektor sawit pada triwulan II-2024 mencapai Rp193 triliun. Pada akhir tahun 2024 nanti, magnitude ekonomi basis kelapa sawit diperkirakan mencapai Rp775 triliun," kata dia.
Menperin mengatakan, kontribusi besar industri kelapa sawit bagi pemajuan ekonomi nasional itu dikarenakan pemerintah telah gencar melakukan hilirisasi sektor ini sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi.
Ia menjelaskan, dalam tataran praktis, hilirisasi industri kelapa sawit diupayakan untuk menghasilkan produk turunan berupa pangan (oleofood), nonpangan (oleochemical), bahan bakar terbarukan (biofuel), hingga material baru ramah lingkungan (biomaterial).
Sementara pengembangan produk hilir minyak sawit diarahkan ke produk yang memiliki produk unggulan, seperti deterjen cair, kosmetik, cat, serta farmasi yang mampu menghasilkan nilai tambah hingga 580 persen.
"Adapun untuk produk hilir berupa biomass kita arahkan pengembangannya ke produk derivatif seperti dimethyl eter (DME) yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG). Selain itu juga produk seperti kapasitor, biokatalis, serta ethanol G-2," katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan produk turunan yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit dalam negeri telah meningkat dari awalnya 48 jenis di tahun 2011 menjadi lebih dari 193 jenis di tahun 2023. Bahkan terakhir terdapat 200 jenis.
Selain itu, data tahun 2023 menyebutkan bahwa nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai 28,45 miliar dolar AS (sekitar Rp450 triliun) atau 11,6 persen dari total ekspor nonmigas.
Baca juga: Saleh Husin buat buku soal sawit, tekankan hilirisasi bagi kemajuan RI
Baca juga: Kemenperin sebut produk hilirisasi sawit mencapai 200 jenis
Baca juga: Kemenperin manfaatkan tandan kosong kelapa sawit jadi bioetanol