Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada sektor swasta pada April 2014 melambat menjadi 18,5 persen dibanding Maret 2014 sebesar 19,1 persen.

"Pertumbuhan kredit pada sektor swasta pada bulan April 2014 melambat menjadi 18,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 19,1 persen (yoy), sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Ia menyebutkan bahwa BI akan terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang.

Secara umum BI menilai stabilitas sistem keuangan hingga saat ini tetap terjaga dengan baik, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas, dan pasar yang relatif cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat.

Kinerja bursa saham selama Mei 2014 makin baik, tercermin pada IHSG yang meningkat 1,1 persen dari bulan sebelumnya ke posisi 4.893,91.

Di sisi lain, kinerja pasar surat berharga negara (SBN) menurun seiring dengan perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden RI, 9 Juli mendatang.

BI juga menilai moderasi perekonomian domestik masih terus berlangsung. Konsumsi rumah tangga diperkirakan melambat meskipun masih tumbuh cukup kuat (resilience). Hal itu didukung oleh perbaikan pendapatan dan penyelenggaraan Pilpres 2014.

Ke depan, investasi juga diprakirakan melambat, didorong oleh melambatnya investasi bangunan sebagai dampak kebijakan stabilisasi perekonomian. Sementara itu, investasi nonbangunan cenderung mengalami peningkatan, tercermin dari meningkatnya pertumbuhan impor barang modal dan penjualan alat berat.

Kinerja sektor eksternal diprakirakan masih melemah, terkait dengan melambatnya ekspor batu bara dan ekspor mineral sejalan dampak temporer implementasi UU Minerba. Namun, ekspor manufaktur diperkirakan akan terus membaik seiring dengan pemulihan ekonomi global.

Mengenai kondisi perekonomian global, BI menilai terus membaik meskipun dengan kecepatan yang moderat. Perbaikan ekonomi dunia terutama didorong oleh pulihnya ekonomi negara maju, sejalan dengan stimulus moneter yang berkelanjutan.

Hal itu tercermin pada indikator penjualan dan kinerja manufaktur di Eropa dan AS yang terus membaik. Perbaikan ekonomi AS dan Eropa tersebut diperkirakan akan mendorong peningkatan volume perdagangan dunia.

Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas mulai menunjukkan perbaikan. Ke depan, terdapat sejumlah risiko perekonomian global yang perlu untuk terus diwaspadai, antara lain perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed.