"Over supply inilah sebenarnya menjadi alasan pemerintah pada 13 tahun lalu mengambil kebijakan moratorium pembukaan program studi baru untuk keperawatan dan kebidanan," kata Munawir di Manado, Rabu.
Karena di tahun 2011 pemerintah sudah memprediksi bahwa lima tahun ke depan atau pada tahun 2016 jumlah alumni dari program studi keperawatan dan kebidanan itu sudah melebihi kebutuhan sehingga ada potensi tidak terserap atau menjadi pengangguran.
Kementerian Kesehatan memprediksi di tahun 2025 Indonesia akan kelebihan tenaga perawat di mana jumlahnya mencapai 695.217 orang atau hampir mencapai 700.000 orang.
Baca juga: BP2MI lihat potensi PMI penuhi kebutuhan tenaga perawat di Jerman
Baca juga: Pemerintah ungkap potensi pekerja RI isi posisi perawat di Arab Saudi
Akibatnya, negara negara-negara tersebut membutuhkan tenaga kerja dari negara-negara yang memiliki kelebihan suplai tenaga kesehatan.
Dia menyebutkan beberapa negara yang membutuhkan tenaga perawat yang profesional, di antaranya, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Jepang, Afrika Selatan, Selandia Baru, Australia, Jerman dan Belanda.
Baca juga: Disnaker Mataram sosialisasi pendaftaran PMI perawat ke Jerman
Baca juga: Menaker ingin PMI perawat terus berkesempatan bekerja di Singapura
Baca juga: NTB persiapkan tenaga perawat untuk Timur Tengah