"Ke depan selain kita mengoptimalkan sumur-sumur tua yang idle (menganggur) kita harus intervensi teknologi kepada sumur-sumur yang berjalan. Kita harus juga melakukan penetrasi terhadap eksplorasi baru. Nah di mana sumur-sumur baru itu? Lebih banyak di wilayah timur," kata Bahlil di Jakarta, Rabu.
Disampaikannya, untuk status area eksplorasi di wilayah Indonesia Timur, diakselerasi dengan skema kerja sama dan insentif yang lebih menarik, seperti blok migas di wilayah Buton-Sulawesi Tengara, Seram-Maluku, Warim-Papua, Aru-Arafura, serta di wilayah Timor.
"Blok ini sudah sebagian kita tenderkan. Salah satu di antaranya adalah Pertamina," kata dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan selain memfokuskan eksplorasi di wilayah Indonesia Timur, dirinya juga telah memangkas proses perizinan kegiatan penambahan sumur migas yang pada awalnya tercatat sebanyak 329 izin, kini tersisa kurang lebih 150 izin.
Sebelumnya, Bahlil menyatakan pihaknya menyiapkan tiga strategi guna mengurangi porsi belanja impor minyak dan gas (migas) nasional, mengingat potensi sumber daya mineral yang dimiliki Indonesia masih besar.
Strategi itu antara lain yakni optimalisasi produksi minyak bumi dengan teknologi, reaktivasi sumur-sumur yang menganggur (idle), serta melakukan eksplorasi migas khususnya di wilayah Indonesia Timur.
Untuk optimalisasi produksi minyak dengan teknologi, Bahlil mencontohkan proyek di Banyu Urip, Surabaya yang dikerjakan oleh ExxonMobil.
Baca juga: Menteri ESDM sebut intervensi teknologi dapat pacu produksi migas
Baca juga: Pertamina EP optimistis tambah produksi dari sumur PPS-11 di Jambi
Baca juga: Bahlil minta ExxonMobil tingkatkan lifting minyak jadi 150 ribu BOPD