Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa pemerintah terus memantau agar kelas menengah tidak merosot menjadi miskin hingga miskin ekstrem.

"Kita terus memantau jangan sampai penurunan kelas menengah itu kemudian merosot sampai tingkat paling bawah yakni hampir miskin, miskin, sampai miskin ekstrem," kata Menko PMK Muhadjir Effendy di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk yang tergolong kelas menengah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir, dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024.

Baca juga: Pemerintah cari solusi tangani menurunnya jumlah kelas menengah
Artinya, ada sekitar 9,48 juta orang yang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kategori yang lebih rendah.

"Sekarang, Alhamdulillah masih bisa ditahan penurunannya itu pada level yang aspiring middle class. Ini kelas menengah bawah tetapi belum sampai bawah. Mudah-mudahan tidak, karena kalau sampai merosot lebih bawah hampir miskin nanti untuk jatuhnya ke miskin cepat sekali," kata dia.

Menurut dia, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar jumlah masyarakat kategori miskin dengan menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.

"Sebetulnya yang paling dapat disentuh ya lapangan kerja. Sekarang tingkat pengangguran cenderung jadi tantangan sendiri dan tugas saya jangan sampai yang di aspiring middle class itu nanti turun ke bawah sampai ke lower class. Dan ini suatu pekerjaan yg sedang kita lakukan," kata dia.

Baca juga: Pengamat: Pemerintah perlu selesaikan persoalan kelas menengah
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa penurunan jumlah populasi kelas ekonomi menengah di Indonesia yang terjadi dalam rentang waktu 2019 hingga 2024 juga melanda banyak negara di seluruh dunia.

"Itu problem yang terjadi hampir di semua negara, karena ekonomi global turun semuanya," kata Presiden Jokowi.

Kepala Negara menyatakan bahwa fenomena tersebut adalah tantangan di banyak negara yang dipengaruhi oleh penurunan ekonomi global dan dampak pandemi COVID-19 yang berlangsung selama 2-3 tahun terakhir.

Ia menambahkan bahwa krisis tersebut telah menciptakan berbagai kesulitan ekonomi di banyak negara.

Baca juga: Pengamat sebut kelas menengah turun, jamsos perlu lebih efektif
"Semua negara saat ini berada pada kesulitan yang sama," katanya.