Jakarta (ANTARA) - Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek menyoroti pentingnya pembangunan anak cerdas berkarakter guna merespon perubahan sosial dan kemajuan teknologi secara bijak melalui rangkaian kegiatan Pekan untuk Sahabat Karakter (PUSAKA) tahun 2024.

Kepala Puspeka Rusprita Putri Utami dalam sambutannya mengingatkan Kemendikbudristek senantiasa berkomitmen dalam melakukan penguatan pendidikan karakter, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) untuk mewujudkan generasi yang cerdas berkarakter.

“Anak-anak adalah aset masa depan dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap anak, dari latar belakang apapun, berhak untuk tumbuh dengan rasa aman dan dihargai,” ujar Rusprita secara daring dalam gelar wicara bertajuk Parenting Tanpa Batas: Mendidik dengan Kasih, Menyambut Keberagaman di Jakarta pada Selasa.

Menurutnya, gelar wicara tentang parenting tersebut merupakan respon atas perubahan sosial dan kemajuan teknologi yang membuat peran orang tua semakin krusial dalam mendidik anak-anak dengan penuh cinta, penerimaan, dan menghargai perbedaan.

Baca juga: LPKA komitmen beri pembinaan bermakna anak berhadapan dengan hukum
Baca juga: Keluarga dan masyarakat diminta tidak menstigma anak yang dibina LPKA
Oleh karena itu, ia berharap orang tua maupun tenaga pendidik akan belajar bagaimana membangun nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman sejak usia dini, sehingga anak-anak bisa tumbuh menjadi individu yang toleran dan menghargai perbedaan

Pada kesempatan yang sama, CEO Ruang Tumbuh dan psikolog Irma Gustiana menegaskan keluarga adalah sumber utama anak-anak dalam menyerap dan membentuk karakter diri.

Maka dari itu, Irma menyebut orang tua menjadi faktor penting sekaligus harus menjadi teladan bagi anak-anak dalam berperilaku maupun bersikap.

“Pada saat ini, media sosial juga menjadi salah satu faktor dalam pembentukan karakter anak. Orang tua juga harus mampu memberikan edukasi kepada anak-anak agar mereka mampu mengurasi mana konten yang boleh dilihat maupun yang tidak boleh, sehingga edukasi tersebut menjadi bekal anak dalam mengarungi konten media sosial,” kata Irma.

Ia menambahkan pembentukan karakter yang baik akan menghasilkan kemampuan anak-anak bertoleransi dalam keberagaman. Kemampuan menyambut positif keberagaman merupakan hasil dari komunikasi yang baik dalam internal keluarga yang mendidik anak-anak dengan sikap tidak diskriminatif.

“Kolaborasi kuat bapak dan ibu di rumah harus satu padu dan mempunyai persepsi yang sama. Oleh karena itu, komunikasi menjadi kunci utama bagaimana anak-anak menerima semua edukasi dari orang tua, melihat apa yang dilakukan, dan menghargai dalam sebuah perbedaan,” imbuhnya.

Selain itu, ia pun menyoroti tentang pentingnya self love atau mencintai diri sendiri sebagai langkah awal untuk memaksimalkan peran orang tua dalam mendidik anak dan memaksimalkan peran diri sendiri dalam menjalani kehidupan sosial.

“Penting bagi kita untuk menerima diri kita seutuhnya. Dengan begitu, kita dapat mengembangkan potensi diri dengan maksimal, mencintai perbedaan, dan menginspirasi orang lain,” ujarnya.