Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa, ditutup meningkat seiring investor mempertimbangkan prospek suku bunga Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate (FFR).

Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah menanjak 32 poin atau 0,20 persen menjadi Rp15.655 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.687 per dolar AS.

"Investor mempertimbangkan prospek suku bunga AS, setelah laporan pekerjaan yang kuat minggu lalu memupuskan harapan untuk penurunan suku bunga yang besar, sementara meningkatnya ketegangan di Timur Tengah merusak sentimen risiko," kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangan, di Jakarta, Selasa.

Para pedagang telah mengubah secara drastis ekspektasi pelonggaran moneter mereka dari Federal Reserve tahun ini. Pasar tidak lagi sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pada November dan memperkirakan peluang 86 persen untuk penurunan 25 basis poin (bps), menurut alat CME FedWatch. Hanya 50 bps pelonggaran yang diperkirakan pada Desember, turun dari lebih dari 70 bps sepekan sebelumnya.

Fokus investor pekan ini adalah pada laporan inflasi yang akan dirilis pada Kamis, serta risalah rapat Bank Sentral AS atau The Fed bulan September yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu.

Sementara itu, pasar ekuitas Tiongkok kembali dibuka dengan kuat setelah libur sepekan, tetapi membatasi beberapa kenaikan karena optimisme seputar langkah-langkah stimulus sedikit goyah karena kurangnya rincian. Pejabat Tiongkok akan mengadakan pengarahan pada Selasa untuk menguraikan bagaimana mereka berencana untuk menerapkan lebih banyak langkah stimulus.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa, naik ke level Rp15.671 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.680 per dolar AS.
Baca juga: Kus rupiah melemah di tengah kontraksi PMI manufaktur Indonesia
Baca juga: Cadangan devisa RI diproyeksikan 145-155 miliar dolar AS di akhir 2024