Jakarta (ANTARA News) - Acara debat calon presiden-calon wakil presiden yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla di stasiun televisi swasta nasional, Senin malam (9/6) dinilai tidak banyak berpengaruh pada perubahan dukungan pemilih menjelang pemilu presiden, 9 Juli 2014.

"Ada tiga alasan acara debat presiden di Indonesia tak banyak berpengaruh, pertama Survei LSI pada 2009 soal debat serupa, menunjukkan, yang menonton debat itu kurang dari 30 persen pemilih," kata pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA lewat twitter @Denny JA_World, Selasa.

Denny mengatakan, berdasar survesi LSI bahwa penonton debat umumnya kalangan menengah kota saja, terutama yang pendidikannya SMA ke atas, yang jumlahnya hanya 30 persen dari jumlah pemilih, sedangkan 70 persen pemilih Indonesia yang pendidikan SMP ke bawah sangat jarang menonton debat calon presiden itu.

"Kondisi ini berbeda dengan debat calon presiden di Amerika Serikat, yang ditonton lebih dari 60 persen pemilihnya," ujarnya.

Alasan kedua, kata Denny, dalam debat calon presiden Indonesia, umumnya hasilnya berimbang saja, yaitu tak ada yang menang dan yang kalah secara mencolok.

"Tak ada yang menang atau kalah mencolok dalam debat calon presiden semalam, sebagaimana debat capres pada 2009," katanya.

Alasan ketiga, lanjut Denny, debat capres/cawapres di Indonesia umumnya hanya mengkonfirmasi pilihan dari pemilih yang sudah mempunyai pilihan saja.

"Bagi pendukung Prabowo sebelum debat, debat semalam lebih menguatkan dukungannya ke Prabowo. Hal yang sama bagi pendukung Jokowi. Debat semalam, semakin memperkuat dukungannya kepada Jokowi," katanya.

Menurut Denny, penilaian mengenai siapa yang akan menang dan kalah dalam debat capres semalam, lebih banyak dipengaruhi oleh pilihan atas capres sebelum acara debat tersebut.

Kendati demikian, Denny menilai acara debat capres di Indonesia tetap penting ditradisikan karena menjadi "sehat" bagi perkembangan demokrasi.

Pemilu Presiden, 9 Juli 2014, diikuti dua pasangan capres-cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)