Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan inovasi local job for local voice dari Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), yang memfasilitasi para lulusan vokasi untuk langsung bekerja di perusahaan, dapat menjadi percontohan daerah lain.

“BRIDA Kolaka bekerja sama dengan politeknik di Ujung Pandang ada kurikulum local job for local voice, yang menyiapkan tenaga siap pakai untuk bisa langsung bekerja di perusahaan-perusahaan di Kolaka,” ujar Direktur Kebijakan Riset dan Inovasi Daerah BRIN Siti Nuryanti pada gelar wicara bersama Kemendikbudristek di Jakarta, Senin malam.

Ia mengapresiasi program ekosistem kemitraan vokasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek, sehingga mendorong munculnya ekosistem riset dan inovasi daerah, identifikasi atas potensi daerah, dan rekomendasi kebijakan yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan daerah.

Baca juga: BRIN: Pendidikan vokasi perlu menangkap peluang "green job"

Menurutnya, setiap daerah tentu memiliki potensi lokal yang berbeda-beda sehingga memerlukan riset untuk mengoptimalkan seluruh potensi tersebut.

“Di Kolaka karena kebanyakan perusahaan tambang, jadi teman-teman di Politeknik Ujung Pandang menyiapkan tenaga terampil yang siap pakai untuk bekerja di perusahaan-perusahaan itu, namun itu tentu berbeda dengan di daerah Pantai Utara (Pantura) atau Jawa Tengah misalnya,” ujar dia.

Ia menyebutkan salah satu riset yang sangat berpotensi di Semarang, Jawa Tengah, yakni mengembangkan padi yang bisa hidup di banjir rob. “Jadi padi itu bisa tahan hidup di air garam, ini bisa diamati, tiru, dan modifikasi oleh teman-teman pemerintah daerah yang lain,” ucapnya.

Siti mengemukakan program ekosistem kemitraan (ekosmira) yang menghubungkan para pemangku kepentingan dengan dunia usaha dan industri sangat berperan penting untuk mengidentifikasi potensi masing-masing daerah.

“Ekosmira menghubungkan daerah dengan industri, jadi yang dilakukan BRIDA maupun Bapperida sudah mengajak multi-stakeholders yang bisa berperan dengan tepat untuk mengidentifikasi potensi daerah masing-masing, dan nantinya dimunculkan dalam rencana aksi Rencana Induk dan Peta Jalan Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (RIPJ PID),” paparnya.

Baca juga: BSKDN dorong Sultra kembangkan inovasi dengan pendekatan aglomerasi

Dari potensi daerah yang beragam tersebut, lanjutnya, BRIN terus melakukan sinkronisasi kebijakan di pusat dan daerah dan bekerja sama dengan multi-stakeholders untuk masuk ke dunia usaha dan industri.

“Inovasi yang dibutuhkan di daerah itu ada istilah teknologi tepat guna sebagai jalan yang istilahnya ‘ringkas, ringan, dan lucu’ untuk memberi nilai tambah bagi perekonomian daerah,” ucapnya.

Sementara itu Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbudristek Adi Nuryanto mengatakan program ekosistem kemitraan yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) akan berlanjut dengan pelaksanaan tahap kedua dan ketiga, dengan tambahan dana sebesar Rp35 miliar.

“Dana tersebut untuk penguatan inovasi di daerah, program berdikari, dan penguatan policy paper, sehingga dapat menjadi peluang bagi industri untuk meningkatkan daya saing nasional, dengan inovasi-inovasi yang diusulkan sesuai dengan rencana strategis di daerah,” tuturnya.

Baca juga: Kemendikbudristek sebut vokasi tumbuhkan ekonomi lokal yang inklusif
Baca juga: Kemendikbud: Link and match tingkatkan lulusan vokasi di dunia kerja