Jakarta (ANTARA) - Polisi menyatakan bahwa keluarga mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar) yang tewas usai melompat dari lantai enam gedung kampus tersebut tidak ingin jenazah korban diotopsi.

"Itulah dia (keluarga) tidak mau (korban) diotopsi, jadi korban untuk dia bawa pulang aja," kata AKP Aprino Tamara saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Awalnya, kata Aprino, keluarga korban mengatakan bahwa korban tewas karena dibunuh.

"Jadi dia (keluarga) tidak terima waktu tahu dia (korban) bunuh diri, itu enggak terima awalnya. Iya sempat (menyalahkan orang lain). Bahkan-bahkan dibilang, 'ini dibunuh nih' katanya," jelas Aprino.

Namun, setelah diberikan penjelasan dan ditunjukkan rekaman CCTV kejadian, keluarga korban akhirnya menerima bahwa tewasnya korban bukan kasus pembunuhan.

"Nah setelah kita jelaskan, malam itu CCTV sama saksi-saksi kita panggil. Istilahnya ya terjawab lah. Itulah dia (keluarga korban) tidak mau diotopsi jadi korban untuk dia bawa pulang aja," kata Aprino.

Baca juga: Untar tepis dugaan perundungan terkait kasus tewasnya mahasiswi

Hingga kini, kepolisian belum memeriksa pihak Untar serta teman-teman korban sehingga motif tindakan korban juga belum dapat diketahui.

"Kalau motif saya belum bisa menyimpulkan. Karena hasil penyidikan belum tuntas. Karena ada beberapa faktor-faktor belum saya dalami dulu. Contoh, dari keterangan-keterangan teman-teman korban dari dosen, dari pihak universitas, belum ada kita sentuh sama sekali," imbuh Aprino.

Diketahui, seorang mahasiswi Universitas Tarumanagara (Untar) berinisial E (18) tewas usai melompat dari lantai 6 gedung kampus tersebut pada Jumat (4/10) sekira pukul 18.37 WIB.

Kejadian tersebut terekam CCTV kampus dan hingga kini masih terus diselidiki oleh pihak kepolisian.

Baca juga: Polisi telusuri motif mahasiswi Untar yang lompat dari lantai 6B
Baca juga: Untar tepis dugaan perundungan terkait kasus tewasnya mahasiswi