Bogota (ANTARA News) - Militer Kolombia mengatakan pihaknya terkejut ketika sekelompok gerilyawan sayap kiri mencoba meledakkan pipa minyak dan militer membunuh salah satu dari mereka.
Bentrokan terjadi di Arauca, satu provinsi yang berbatasan dengan Venezuela di mana Tentara Pembebasan Nasional (ELN), kelompok pemberontak terbesar kedua di negara itu, aktif.
"Seorang anggota ELN bersenjata ilegal kehilangan nyawanya saat operasi militer berusaha menetralkan serangan terhadap pipa minyak itu," kata militer dalam satu pernyataan, Senin.
Pernyataan tidak mengatakan kapan tepatnya serangan tersebut terjadi. Demikian diberitakan AFP.
Industri minyak, yang sedang booming, telah menjadi target utama serangan, penyanderaan dan sabotase ELN.
FARC, kelompok gerilyawan terbesar di negara itu, sedang dalam pembicaraan perdamaian dengan pemerintah, tetapi sejauh ini perundingan itu belum termasuk ELN.
Dengan pemilihan umum Kolombia memasuki putaran kedua pemilihan presiden Minggu, FARC telah mengumumkan gencatan senjata sepihak pada Senin. Tetapi ELN belum bergabung dengan gencatan senjata itu.
Kelompok gerilyawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) sebelumnya pada Kamis (5/6) menyambut baik janji Presiden Juan Manuel Santos untuk menghapuskan dinas wajib militer jika ia terpilih kembali untuk masa jabatan kedua.
"Itu adalah tawaran yang sangat menarik, sangat penting," kata Juru Bicara FARC Ricardo Tellez di Havana, Kuba, tempat Pemerintah Kolombia dan pemberontak mengadakan pembicaraan perdamaian. Demikian diberitakan Xinhua.
"Kami harap itu bukan cuma janji pemilihan umum," kata Tellez.
Presiden Kolombia tersebut Rabu mengatakan jika ia terpilih kembali dalam pemungutan suara 15 Juni dan pembicaraan perdamaian menghasilkan perlucutan senjata, ia akan mengajukan rancangan peraturan ke Kongres Kolombia untuk menghapuskan wajib militer sebagai cara mengakhiri konflik lima-dasawarsa antara Angkatan Bersenjata Kolombia dan pemberontak sayap-kiri.
(H-AK)
Militer: pemberontak tewas dalam bentrokan pipa minyak Kolombia
10 Juni 2014 09:41 WIB
Ilustrasi - Presiden Kolumbia Juan Manuel Santos (kiri) berbicara kepada anggota kelompok gerilya ELN, yang telah menyerahkan diri dan senjata mereka, di sebuah markas militer di Cali. (REUTERS/Jaime Saldarriaga )
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: