Miranshah (ANTARA News) - Kelompok Taliban Pakistan pada Senin mengaku bertanggung jawab atas serangan di bandar udara Karachi sebagai balasan atas serangan pesawat tak-berawak Amerika Serikat yang menewaskan pemimpin Hakimullah Mehsud pada November tahun lalu.
"Kami melakukan serangan di bandara Karachi untuk membalas kematian
Hakimullah Mehsud," kata juru bicara Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP)
Shahidullah Shahid kepada AFP, sambil menyebut tawaran damai dari
pemerintah Pakistan sebagai "alat perang"
Shahid juga menjanjikan serangan-serangan serupa di masa depan.
"Pakistan menggunakan perundingan damai sebagai alat perang, itu membunuh ratusan perempuan dan anak-anak tak berdosa. Ini adalah serangan pertama kami untuk membalas kematian Hakimullah Mehsud," kata dia.
"Kami belum membalas kematian ratusan perempuan dan anak-anak tak berdosa dalam serangan udara Pakistan," katanya.
"Ini hanya awal, kami hanya membalas untuk kematian satu orang, kami juga harus membalas ratusan lainnya," kata Shahid.
Serangan di Bandara Internasional Jinnah, Pakistan, bermula pada Minggu (8/6) malam dan berlangsung sampai pagi dini hari, ketika militer menyatakan bahwa setidaknya 24 orang termasuk 10 dari pihak penyerang tewas dalam peristiwa itu.
Bersenjatakan bom bunuh diri, granat, dan peluncur roket, para pelaku bertempur dengan pasukan keamanan dalam serangan paling berani dalam beberapa tahun terakhir di kota terbesar Pakistan itu. Sebanyak 14 korban adalah pekerja bandara.
Pasukan keamanan kemudian mengumumkan bahwa operasi militer digelar saat baku tembak berlanjut.
Umar Media, saluran komunikasi resmi TTP, mengklaim dalam laman Facebooknya bahwa hanya enam orang dari kelompok militan yang tewas.
"Alasan utama serangan di bandara Karachi adalah karena tempat itu merupakan saluran logistik yang digunakan oleh musuh dalam perang di Afghanistan dan Pakistan," tulis Umar Media dalam laman Facebooknya. (Uu.G005)
Taliban Pakistan klaim bertanggung jawab atas serangan Karachi
9 Juni 2014 13:45 WIB
Pemimpin kelompok Taliban Pakistan Mullah Dadullah (kanan).(REUTERS/Stringer/Files)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: