Kementan dampingi petani millenial kembangkan pertanian modern
6 Oktober 2024 17:43 WIB
Tim Kementerian Pertanian meninjau lokasi pembangunan pertanian modern di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. ANTARA/HO-Kementan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus memberikan pendampingan bagi sarjana pertanian dan petani millenial untuk membangun pertanian modern di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah saat ini tengah bertransformasi dari sistem pertanian tradisional menuju pertanian modern yang memanfaatkan teknologi canggih dan mekanisasi pertanian.
"Kami diminta oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membangun pertanian modern, dan sekarang kita tengah memulai pekerjaan di beberapa wilayah seperti Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan yang nantinya akan menjadi lumbung pangan Indonesia," kata Andi Amran dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Mentan menargetkan 500 ribu hektare lahan sawah baru di Kalimantan Tengah, dengan satu kali panen diproyeksikan menghasilkan 5 ton gabah kering per hektare, atau 10 ton per hektare dalam setahun. Dengan demikian, Kalimantan Tengah diharapkan mampu menghasilkan 5 juta ton beras per tahun.
Menurutnya, jika seluruh proyek cetak sawah ini berjalan lancar, defisit beras nasional dapat diatasi hanya dari produksi Kalimantan Tengah.
"Strategi kita adalah menyetop impor beras, mencapai swasembada, dan bahkan melakukan ekspor beras ke depan. Harapannya, dalam tiga tahun ke depan, kita bisa mencapai target ini," tuturnya.
Dalam menopang pelaksanaan pertanian modern, Kementan melibatkan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang tengah mengikuti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kemendikbud serta alumni Polbangtan PEPI.
Baca juga: Mentan: Industri sapi perah di Poso dukung program presiden Prabot
Baca juga: Kementan: Mahasiswa-sarjana pertanian penting bagi pertanian modern
Baca juga: Kementan bawa investor dari Vietnam ke Sulteng
Terkait hal itu, Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dan alumni dalam kegiatan pertanian di Kapuas.
"Kehadiran mereka bertujuan agar dapat secara langsung mempraktikkan pertanian modern, menerapkan ilmu yang telah dipelajari, serta bertukar pengalaman dengan petani lokal," ujar Idha.
Idha menyebutkan bahwa konsep pertanian modern ini, petani milenial ikut di dalamnya, dalam penggunaan dan pengelolaan alat mesin pertanian.
"Menteri Pertanian menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia telah berhasil melakukan perluasan areal tanam serta memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, khususnya padi," tuturnya.
Kegiatan pendampingan ini bertujuan untuk mengawal program Pertanian Modern Kementerian Pertanian yang tengah berjalan di wilayah tersebut. Kepala BPPSDMP memberikan arahan dan motivasi kepada para alumni dan petani milenial agar dapat berperan aktif dalam pengembangan pertanian modern. Selain itu, dilakukan pula diskusi terkait kendala yang dihadapi serta solusi yang dapat diterapkan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah saat ini tengah bertransformasi dari sistem pertanian tradisional menuju pertanian modern yang memanfaatkan teknologi canggih dan mekanisasi pertanian.
"Kami diminta oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membangun pertanian modern, dan sekarang kita tengah memulai pekerjaan di beberapa wilayah seperti Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan yang nantinya akan menjadi lumbung pangan Indonesia," kata Andi Amran dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Mentan menargetkan 500 ribu hektare lahan sawah baru di Kalimantan Tengah, dengan satu kali panen diproyeksikan menghasilkan 5 ton gabah kering per hektare, atau 10 ton per hektare dalam setahun. Dengan demikian, Kalimantan Tengah diharapkan mampu menghasilkan 5 juta ton beras per tahun.
Menurutnya, jika seluruh proyek cetak sawah ini berjalan lancar, defisit beras nasional dapat diatasi hanya dari produksi Kalimantan Tengah.
"Strategi kita adalah menyetop impor beras, mencapai swasembada, dan bahkan melakukan ekspor beras ke depan. Harapannya, dalam tiga tahun ke depan, kita bisa mencapai target ini," tuturnya.
Dalam menopang pelaksanaan pertanian modern, Kementan melibatkan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang tengah mengikuti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Mahasiswa Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Kemendikbud serta alumni Polbangtan PEPI.
Baca juga: Mentan: Industri sapi perah di Poso dukung program presiden Prabot
Baca juga: Kementan: Mahasiswa-sarjana pertanian penting bagi pertanian modern
Baca juga: Kementan bawa investor dari Vietnam ke Sulteng
Terkait hal itu, Kepala BPPSDMP Idha Widi Arsanti menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dan alumni dalam kegiatan pertanian di Kapuas.
"Kehadiran mereka bertujuan agar dapat secara langsung mempraktikkan pertanian modern, menerapkan ilmu yang telah dipelajari, serta bertukar pengalaman dengan petani lokal," ujar Idha.
Idha menyebutkan bahwa konsep pertanian modern ini, petani milenial ikut di dalamnya, dalam penggunaan dan pengelolaan alat mesin pertanian.
"Menteri Pertanian menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia telah berhasil melakukan perluasan areal tanam serta memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, khususnya padi," tuturnya.
Kegiatan pendampingan ini bertujuan untuk mengawal program Pertanian Modern Kementerian Pertanian yang tengah berjalan di wilayah tersebut. Kepala BPPSDMP memberikan arahan dan motivasi kepada para alumni dan petani milenial agar dapat berperan aktif dalam pengembangan pertanian modern. Selain itu, dilakukan pula diskusi terkait kendala yang dihadapi serta solusi yang dapat diterapkan.
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
Tags: