Kemendikbudristek berdayakan mahasiswa lewat MBKP di Lembata
6 Oktober 2024 15:21 WIB
Para peserta Program Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan (MBKP) Tahun 2024 berfoto bersama dalam pembukaan kegiatan tersebut di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (5/10/2024). (ANTARA/HO-Kemendikbudristek RI)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI secara resmi membuka kegiatan Program Muda Berdaya untuk Kedaulatan Pangan (MBKP) Tahun 2024 di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Program ini bertujuan untuk memajukan kebudayaan dan memperkuat kedaulatan pangan asli Indonesia. Dalam kegiatan ini, sebanyak 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi Indonesia ditempatkan di berbagai wilayah di Lembata, untuk melakukan pendataan terkait potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal yang ada di berbagai desa, serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat selama 3,5 bulan.
"Saya harapkan adik-adik mahasiswa dapat menemukenali dan belajar bersama para mentor dan para pemangku adat yang mengetahui dan memahami kearifan lokal, dengan mengidentifikasi berbagai pangan lokal dan teknik-teknik memproduksinya," kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek RI Sjamsul Hadi melalui keterangan di Jakarta, Minggu.
Sjamsul mengatakan bahwa MBKP merupakan salah satu terobosan pemajuan kebudayaan yang merupakan kolaborasi erat antara Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikelola Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek).
Lebih lanjut, ia menyebut MBKP merupakan investasi jangka panjang yang bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang pangan lokal dengan memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi gagasan, minat, dan bakatnya untuk menghasilkan aksi atau karya inovatif.
Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapo Bali mengapresiasi program MBKP. Ia berharap keluaran program ini bisa memberikan rekomendasi program dan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Lembata agar dapat disampaikan melalui Rencana Aksi Daerah.
"Saya mohon output program MBKP ini tidak hanya berupa pangkalan data, tetapi juga usulan rekomendasi strategi program dan kegiatan terkait penyusunan rencana aksi daerah dari 29 desa sasaran," ujar Paskalis.
Para peserta juga turut menyambut kegiatan ini dengan antusias. Salah satunya Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP yang berasal dari Universitas Riau.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, tugasnya di MBKP sebagai enumerator atau pengumpul data dinilainya menarik dan dapat mengembangkan kapasitasnya sebelum terjun ke dunia kerja.
"Pangan lokal ini juga bagian kebudayaan, ada banyak sekali ragamnya di Indonesia. Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, untuk mengolahnya dan menjadikannya lebih bernilai lagi," ucap Atthoya.
Baca juga: Kemendikbudristek kemukakan nilai positif MBKM kepada delegasi dunia
Baca juga: Kemendikbudristek tegaskan program MBKM tetap berjalan
Baca juga: Mengenal Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) dan benefitnya
Program ini bertujuan untuk memajukan kebudayaan dan memperkuat kedaulatan pangan asli Indonesia. Dalam kegiatan ini, sebanyak 218 mahasiswa dari 103 perguruan tinggi yang tersebar di 29 provinsi Indonesia ditempatkan di berbagai wilayah di Lembata, untuk melakukan pendataan terkait potensi pangan lokal, pemetaan lokasi lahan pangan lokal yang ada di berbagai desa, serta pola produksi, distribusi, dan konsumsi masyarakat selama 3,5 bulan.
"Saya harapkan adik-adik mahasiswa dapat menemukenali dan belajar bersama para mentor dan para pemangku adat yang mengetahui dan memahami kearifan lokal, dengan mengidentifikasi berbagai pangan lokal dan teknik-teknik memproduksinya," kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek RI Sjamsul Hadi melalui keterangan di Jakarta, Minggu.
Sjamsul mengatakan bahwa MBKP merupakan salah satu terobosan pemajuan kebudayaan yang merupakan kolaborasi erat antara Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dikelola Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek).
Lebih lanjut, ia menyebut MBKP merupakan investasi jangka panjang yang bertujuan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang pangan lokal dengan memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi gagasan, minat, dan bakatnya untuk menghasilkan aksi atau karya inovatif.
Sementara, Penjabat (Pj) Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapo Bali mengapresiasi program MBKP. Ia berharap keluaran program ini bisa memberikan rekomendasi program dan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Lembata agar dapat disampaikan melalui Rencana Aksi Daerah.
"Saya mohon output program MBKP ini tidak hanya berupa pangkalan data, tetapi juga usulan rekomendasi strategi program dan kegiatan terkait penyusunan rencana aksi daerah dari 29 desa sasaran," ujar Paskalis.
Para peserta juga turut menyambut kegiatan ini dengan antusias. Salah satunya Atthoya Atthur Harry Aslam, peserta MBKP yang berasal dari Universitas Riau.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, tugasnya di MBKP sebagai enumerator atau pengumpul data dinilainya menarik dan dapat mengembangkan kapasitasnya sebelum terjun ke dunia kerja.
"Pangan lokal ini juga bagian kebudayaan, ada banyak sekali ragamnya di Indonesia. Saya tertarik untuk mengetahuinya dan belajar dari kearifan lokal seperti yang ada di Lembata NTT ini, untuk mengolahnya dan menjadikannya lebih bernilai lagi," ucap Atthoya.
Baca juga: Kemendikbudristek kemukakan nilai positif MBKM kepada delegasi dunia
Baca juga: Kemendikbudristek tegaskan program MBKM tetap berjalan
Baca juga: Mengenal Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) dan benefitnya
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: