Kemenkeu: Ekspor bumbu rendang berdampak pada sektor pertanian
5 Oktober 2024 15:07 WIB
Pelaksana harian (Plh) Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJPb Provinsi Sumbar Budi Lesmana saat diwawancarai di Padang. (ANTARA/Muhammad Zulfikar)
Padang (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kementerian Keuangan Provinsi Sumatera Barat mengatakan, ekspor bumbu rendang ke sejumlah negara berdampak positif terhadap sektor lain terutama pertanian dan peternakan.
"Efek berganda dari ekspor bumbu rendang ini sangat besar sehingga perlu terus kita dorong," kata Pelaksana harian (Plh) Kepala Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sumbar Budi Lesmana di Padang, Sabtu.
Budi mengatakan, bahan baku utama bumbu rendang seperti daging sapi, cabai merah, santan kelapa, kayu manis, bawang merah, kunyit dan lain sebagainya merupakan produk yang berasal dari sektor pertanian dan peternakan.
Artinya, jika kebutuhan atau permintaan bumbu rendang tinggi maka otomatis keperluan bahan baku juga meningkat pesat.
Hal itu secara langsung akan berimbas pada kesejahteraan petani bawang, cabai, kelapa maupun peternak sapi.
Budi mengatakan tren permintaan bumbu rendang terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Beberapa waktu sebelumnya salah satu pelaku UMKM asal Sumbar mengekspor satu ton bumbu rendang ke Eropa, selain Eropa, pelaku UMKM juga rutin mengekspor ke negara-negara Timur Tengah.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan selisih harga dan persoalan izin memang masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM sehingga belum bisa mengekspor rendang secara maksimal.
DJPb memperkirakan perbedaan harga daging segar di luar negeri menjadi alasan pembeli lebih banyak mengimpor bumbu dibanding rendang siap saji.
Sementara itu, Ketua Pembina Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau (Hipermi), Syukriah mengatakan, secara umum pelaku usaha kuliner khususnya rendang siap mengekspor rendang ke banyak negara, termasuk permintaan khusus dari Arab Saudi.
"Hipermi siap untuk memenuhi permintaan ekspor 15 ton bumbu rendang," kata Syukriah.
Hanya saja saat ini pelaku usaha terutama yang tergabung di Hipermi masih kesulitan menembus pasar internasional.
Oleh karena itu, Hipermi berharap pemerintah daerah terus berusaha memikirkan solusi pemasaran rendang ke sejumlah negara.
"Dua tahun lalu itu ada ekspor bumbu rendang ke Jerman namun tahun 2024 tidak lagi karena selisih harganya yang cukup signifikan," ujarnya.
"Efek berganda dari ekspor bumbu rendang ini sangat besar sehingga perlu terus kita dorong," kata Pelaksana harian (Plh) Kepala Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sumbar Budi Lesmana di Padang, Sabtu.
Budi mengatakan, bahan baku utama bumbu rendang seperti daging sapi, cabai merah, santan kelapa, kayu manis, bawang merah, kunyit dan lain sebagainya merupakan produk yang berasal dari sektor pertanian dan peternakan.
Artinya, jika kebutuhan atau permintaan bumbu rendang tinggi maka otomatis keperluan bahan baku juga meningkat pesat.
Hal itu secara langsung akan berimbas pada kesejahteraan petani bawang, cabai, kelapa maupun peternak sapi.
Budi mengatakan tren permintaan bumbu rendang terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Beberapa waktu sebelumnya salah satu pelaku UMKM asal Sumbar mengekspor satu ton bumbu rendang ke Eropa, selain Eropa, pelaku UMKM juga rutin mengekspor ke negara-negara Timur Tengah.
Pada kesempatan itu, ia mengatakan selisih harga dan persoalan izin memang masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM sehingga belum bisa mengekspor rendang secara maksimal.
DJPb memperkirakan perbedaan harga daging segar di luar negeri menjadi alasan pembeli lebih banyak mengimpor bumbu dibanding rendang siap saji.
Sementara itu, Ketua Pembina Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau (Hipermi), Syukriah mengatakan, secara umum pelaku usaha kuliner khususnya rendang siap mengekspor rendang ke banyak negara, termasuk permintaan khusus dari Arab Saudi.
"Hipermi siap untuk memenuhi permintaan ekspor 15 ton bumbu rendang," kata Syukriah.
Hanya saja saat ini pelaku usaha terutama yang tergabung di Hipermi masih kesulitan menembus pasar internasional.
Oleh karena itu, Hipermi berharap pemerintah daerah terus berusaha memikirkan solusi pemasaran rendang ke sejumlah negara.
"Dua tahun lalu itu ada ekspor bumbu rendang ke Jerman namun tahun 2024 tidak lagi karena selisih harganya yang cukup signifikan," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024
Tags: