Jakarta (ANTARA) - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menilai TNI di usia ke-79 telah banyak mengalami perkembangan di bidang modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).

"Saya kira TNI berhasil melakukan sejumlah langkah maju dalam rangka meningkatkan kekuatan tempur-nya, baik di AD, AL dan AU," kata Fahmi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Menurut Fahmi, langkah TNI meningkatkan kualitas alutsista sudah tepat lantaran saat ini kemampuan alutsista negara lain juga semakin maju.

Dengan meningkatnya teknologi alutsista milik TNI, Fahmi yakin kekuatan pertahan Indonesia akan semakin kuat diperhitungkan oleh negara-negara lain.

Tidak hanya itu, Fahmi juga menyoroti penambahan jumlah alutsista yang dilakukan TNI beberapa waktu belakangan.

Dia menilai hal tersebut juga merupakan langkah yang tepat untuk mendukung operasi militer TNI di bidang penguatan pertahan dan misi kemanusiaan.

Untuk diketahui, TNI memang tengah melakukan pengadaan beberapa alutsista. Salah satu yang terbaru yakni pembelian pesawat tempur Rafale dari Prancis sebanyak 42 unit.

Selanjutnya ada pembelian lima pesawat Hercules C-130 J yang dilakukan TNI AU. Tidak hanya di udara, AL juga melakukan pembelian alutsista yakni kapal perang untuk berpatroli atau yang biasa disebut Pattugliatore Polivalente d’Altura (PPA) dari Italia dan kapal perang jenis Fregat dari Turki.

Baca juga: Menko Hadi sebut TNI berhasil jaga kedaulatan bangsa selama 79 tahun

Baca juga: TNI persilakan warga saksikan langsung perayaan HUT Ke-79 di Monas

Baca juga: HUT Ke-79, Panglima kembali tekankan visinya wujudkan TNI PRIMA


Tidak hanya itu, TNI AL juga tengah menunggu kehadiran kapal selam Scorpene yang dipesan dari Prancis.

Walau dinilai berhasil dalam penguatan alutsista, Fahmi menjelaskan TNI juga dihadapkan dengan beragam tantangan lain seperti cara menanggulangi serangan siber yang saat ini marak dilakukan negara-negara lain.

Fahmi menilai, TNI perlu meningkatkan fasilitas keamanan siber serta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas guna memperkuat pertahanan siber Indonesia.

Upaya dalam meningkatkan teknologi siber dan SDM, lanjut Fahmi juga akan terbentur dengan tantangan lain yakni pengalokasian anggaran yang besar.

Namun demikian, Fahmi yakin dengan prinsip kerja adaptif dan modern yang dianut TNI, tantangan-tantangan tersebut dapat dilalui dengan baik.

"Dengan dukungan politik dan anggaran yang cukup, hal-hal tersebut akan dilalui demi terciptanya kekuatan pertahan siber yang besar," tutur Fahmi.