Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyebut terjadi penurunan kebocoran sampah plastik ke laut sekitar 41,68 persen atau setara dengan 256.614 ton timbulan sampah sejak 2018.

Dalam diskusi yang diadakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) diikuti daring di Jakarta, Jumat, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves, Rofi Alhanif menyampaikan pada 2018, terdapat kebocoran 615.675 ton sampah ke laut.

Baca juga: BRIN ingatkan dampak sampah plastik di laut, bisa hanyut hingga Afrika

"Kita sampai akhir tahun kemarin itu bisa mengurangi sekitar 41,68 persen dari posisi 2018. Secara angka ini cukup lumayan," ujar Rofi.

Telah terjadi penurunan 256.614 ton, dengan data olahan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKNPSL) menunjukkan jumlah kebocoran sampah plastik pada 2023 mencapai 359.061 ton

Pemerintah Indonesia sebelumnya menargetkan pengurangan jumlah sampah plastik yang berakhir di laut mencapai 70 persen hingga 2025 seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL).

Ia mengatakan ada beberapa tantangan yang harus disikapi untuk mengejar target tersebut. Beberapa isu tersebut termasuk tingkat pengumpulan sampah yang belum maksimal, anggaran tata kelola sistem persampahan dan kapasitas sumber daya manusia yang belum memadai.

Baca juga: Peneliti BRIN: Sampah plastik di laut berdampak pada ekonomi

Baca juga: Indonesia optimistis mampu kurangi 70 persen sampah plastik di laut


"Pengumpulan sampah kita belum optimal, terutama di rural area atau daerah-daerah yang layanan persampahannya masih sangat lemah," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, terdapat fakta konsumsi plastik semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sistem persampahan di pelabuhan dan objek wisata bahari belum optimal, kesadaran masyarakat yang masih perlu ditingkatkan dan sistem pengelolaan data persampahan darat dan laut yang belum terintegrasi.