"Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL (Pasukan Sementara PBB di Lebanon) merasa berkewajiban untuk melanjutkan," ujar Lacroix kepada wartawan selama konferensi pers di markas besar PBB di New York.
Lacroix mengungkapkan bahwa ada 10.058 pasukan penjaga perdamaian di Lebanon, yang merasa berkewajiban menjalankan mandat yang diberikan kepada mereka oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasukan, ujarnya, juga merasa berkewajiban menjaga penduduk Lebanon selatan.
Meskipun banyak menghadapi tantangan, kata Lacroix, misi menjaga perdamaian akan terus dilanjutkan dan memastikan bahwa “rencana darurat sudah siap dan selalu diperbarui”.
"Tentu saja, kami sudah menyiapkan beberapa skenario kedua kalau situasi memburuk, sampai ke skenario terburuk yang mungkin terjadi, yang diharapkan tidak sampai pada evakuasi sebagian dan total," imbuhnya.
Dia menekankan bahwa akibat pertempuran yang sedang terjadi, sangat sulit untuk menilai dengan pasti bagaimana keadaan akan berkembang.
Mengenai tujuan UNIFIL untuk melindungi warga sipil di Lebanon, Lacroix mengatakan "pasukan penjaga perdamaian akan melakukan segala daya mereka untuk melindungi penduduk", tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Perang lintas batas antara Hizbullah dan Israel mulai terjadi setelah konflik Gaza meletus Oktober tahun lalu.
Pada 23 September tahun ini, Israel mulai melancarkan serangan udara besar-besaran dengan dalih mengincar Hizbullah di seluruh Lebanon.
Selain membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan beberapa komandan lainnya, Israel telah menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menyebabkan puluhan ribu lainnya mengungsi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Sekjen PBB: Hentikan kekerasan di Beirut, mulai gencatan senjata Gaza
Baca juga: Serangan Israel ke Beirut incar sosok pemimpin Hizbullah berikutnya