Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah meluncurkan buku berjudul "Inovasi Mewujudkan Masjid Ramah untuk Kemaslahatan Semua".

"Tulisan dalam buku ini mungkin belum sepenuhnya menggambarkan keseluruhan konsep masjid ramah. Tapi, ini sebagai stimulus bagi pembaca untuk menemukan dan mengonsolidasikan ide besar dan praktik masjid ramah," kata Plt. Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Ahmad Zayadi melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Zayadi mengatakan buku ini akan memperkaya wawasan berbagai pihak terkait konsep pengelolaan masjid ramah dan mendorong implementasi gagasan tersebut di lapangan.

Ia menjelaskan buku ini ditulis oleh 27 penulis dan memuat 25 topik yang mencakup konsep masjid ramah anak, perempuan, difabel, lansia, lingkungan, keragaman, serta dukungan bagi kaum duafa dan musafir.

Menurut Zayadi, kategori-kategori masjid ramah dirancang untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan inklusif bagi semua kalangan.

"Karena itu, masjid ramah menjadi salah satu bentuk konkret dari spirit merawat jagad untuk membangun peradaban," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Subdit Kemasjidan Kemenag RI Akmal Salim Ruhana mendorong para peneliti, akademisi, dan aktivis masjid agar memasifkan penelitian dan diskusi tentang inovasi masjid ramah.

"Inovasi masjid harus selalu dikembangkan agar semakin meningkatkan kemaslahatan bagi umat," ucapnya.

Terkait hal tersebut, Peneliti dari Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN Prof Kustini mengungkapkan praktik baik masjid ramah anak salah satunya bisa ditemukan di Masjid Al-Amanah, Tanah Abang, Jakarta, yang memiliki tempat bermain yang aman bagi anak-anak.

"Masjid memang sebaiknya memberikan kenyamanan kepada anak-anak serta menjadikan mereka datang ke masjid tanpa rasa takut," ujarnya.

Terkait buku ini, Kustini menilai struktur tulisan dalam buku yang diluncurkan dalam rangkaian kegiatan Anugerah Masjid Percontohan dan Ramah (Ampera) dan International Symposium on Innovative Masjid (ISIM) 2024 di Surakarta, Jawa Tengah (3/10) ini dapat dibaca oleh semua kalangan.

“Masyarakat perlu membaca buku ini, karena banyak masjid-masjid di Indonesia yang layak dijadikan percontohan masjid ramah," tutur Kustini.

Baca juga: Kemenag dan UNICEF latih tokoh agama soal pemenuhan hak anak
Baca juga: DMI: Masjid Asy-Syuhada Bontang jadi Masjid Ramah Anak percontohan
Baca juga: BRIN: "Masjid Ramah" contoh nyata inovasi pengelolaan masjid