Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, diperkirakan turun di tengah proyeksi data ketenagakerjaan Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) yang kuat.

Pada awal perdagangan Jumat, rupiah melemah 97 poin atau 0,63 persen menjadi Rp15.526 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.429 per dolar AS.

"Rupiah hari ini diperkirakan melemah dipengaruhi oleh peningkatan indeks dolar AS karena data-data tenaga kerja AS menguat dan ketegangan kawasan Timur Tengah," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Data ketenagakerjaan Non-Farm Payroll (NFP) AS yang akan dirilis hari ini, kemungkinan naik 150 ribu per September dibanding Agustus sebesar 142 ribu.

Sedangkan laporan dari ADP menunjukkan bahwa bisnis swasta di AS menambahkan 143.000 pekerjaan pada September 2024, tertinggi dalam tiga bulan, setelah sebelumnya 103.000 pada Agustus 2024, dan melampaui perkiraan sebesar 120.000.

Selain itu, Rully menuturkan pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh ketegangan yang masih berlanjut di kawasan Timur Tengah.

Dari dalam negeri, minim sentimen positif dan data cadangan devisa dan survei konsumen baru akan rilis pekan depan.

Rully memproyeksikan rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp15.400 per dolar AS sampai dengan Rp15.475 per dolar AS.