Kampala (ANTARA) - Dua protokol yang ditandatangani antara Uganda dan China bulan lalu yang memungkinkan negara Afrika Timur itu mengekspor cabai kering dan produk akuatik liar akan berkontribusi pada pendapatan devisa negara, demikian disampaikan seorang pejabat senior pada Selasa (1/10).

Menteri Pertanian Frank Tumwebaze mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa kedua protokol tersebut ditandatangani dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Forum Kerja Sama China-Afrika (Forum on China-Africa Cooperation/FOCAC) yang digelar di Beijing bulan lalu.
Pakar pertanian China Chen Taihua (kiri) berbincang dengan Godfrey Kityo, teknisi pengembangbiakan ikan, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Akuakultur di Kajjansi, Distrik Wakiso, Uganda, 21 Desember 2022. (Xinhua/Hajarah Nalwadda)


Menurut sang menteri, salah satu protokol tersebut membahas persyaratan inspeksi, karantina, dan sanitasi untuk produk akuatik liar, termasuk produk filet ikan Nile perch, ikan Nile perch tanpa kepala dan tanpa isi perut, isi perut ikan, kulit ikan, sisik ikan, dan gegat (silverfish) yang akan diekspor dari Uganda ke China.

"Protokol (kedua) meresmikan sebuah perjanjian ekspor cabai kering, membuka pintu ke salah satu pasar konsumen cabai terbesar di dunia," kata Tumwebaze.

Dengan perjanjian baru ini, para pedagang cabai dan produk akuatik liar akan memiliki akses bebas ke pasar China yang luas, menyusul pemeriksaan dan inspeksi oleh otoritas di kedua negara, ungkap pejabat tersebut.

"Dengan upaya gabungan dari kementerian dan sektor swasta, Uganda siap untuk memenuhi permintaan pasar China sembari memastikan standar keamanan dan kualitas pangan tertinggi dalam ekspornya," tambahnya.