Cirebon (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon, Jawa Barat, memastikan siap memfasilitasi penyelesaian konflik internal di Keraton Kasepuhan terkait adanya pihak-pihak yang mengklaim sebagai pewaris Sultan, sehingga masalah ini bisa diselesaikan dengan baik.

Penjabat (Pj) Wali Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan Pemkot Cirebon berkomitmen membantu menyelesaikan konflik tersebut dengan menjadi jembatan komunikasi. Namun, pemerintah tidak bisa terlibat terlalu jauh dalam urusan internal keluarga keraton.

"Sebetulnya kami prihatin dengan polemik yang terjadi. Ini tidak hanya menjadi perhatian pemerintah daerah, tetapi juga pemerintah provinsi dan pusat. Kami siap memfasilitasi dialog, tetapi penyelesaian harus datang dari internal keluarga keraton sendiri,” kata Agus di Cirebon, Kamis.

Sebelumnya, Pemkot Cirebon telah mengumpulkan pihak-pihak tersebut untuk mencari solusi, akan tetapi masalah ini tidak kunjung selesai karena masing-masing dari mereka memiliki pandangan berbeda terkait polemik ini.

Baca juga: Keraton Kasepuhan Cirebon sediakan paket wisata khusus bagi wisman

Baca juga: Tandai awal Ramadhan, Keraton Kasepuhan Cirebon gelar "Dlugdag"


Menurut Agus, upaya mediasi hanya bisa dilakukan jika pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut mau bersabar dan lebih mengedepankan kepentingan demi kemajuan keraton.

“Pada prinsipnya kami hanya bisa menjadi mitra komunikasi dan siap memfasilitasi dialog jika pihak-pihak tersebut sudah memiliki kesamaan pandangan terkait penyelesaian konflik ini,” ujarnya.

Ia menekankan polemik terkait klaim keturunan Sultan ini harus segera diselesaikan, untuk mencegah dampak negatif yang bisa mengganggu aktivitas pada sektor pariwisata dan budaya di Kota Cirebon.

“Konflik yang berkepanjangan dapat merusak citra Keraton Kasepuhan, yang merupakan salah satu aset budaya dan pariwisata Cirebon. Sebenarnya ini hanya kesalahpahaman, tetapi tanggapan yang muncul berbeda-beda hingga memicu keributan,” ucap dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, konflik internal ini mulai terjadi sekitar tahun 2020, tepatnya pada saat PRA Luqman Zulkaedin resmi dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon.

Ketika itu, Luqman dilantik menjadi Sultan untuk menggantikan mendiang ayahnya yakni PRA Arief Natadiningrat yang merupakan Sultan Sepuh XIV.

Pada masa tersebut, muncul beberapa pihak yang mengklaim sebagai pewaris asli dan meragukan keabsahan keluarga keraton saat ini sebagai dzuriat atau keturunan Sunan Gunung Jati.

Konflik internal ini kembali memanas menyusul adanya ketegangan yang terjadi di Alun-alun Sangkala Buana, Keraton Kasepuhan Cirebon pada Rabu (2/10). Insiden ini dipicu oleh klaim dari seseorang bernama Heru Nursamsi yang menyatakan diri sebagai Sultan Sepuh, sehingga memancing reaksi dari masyarakat dan pihak keraton.*

Baca juga: Kunjungan wisatawan Lebaran ke Keraton Kasepuhan Cirebon meningkat

Baca juga: Keraton Kasepuhan Cirebon gelar tradisi "Dlugdag" tanda awal Ramadhan