Abuja (ANTARA News) - Tak kurang dari 83 mayat telah ditemukan setelah beberapa pria bersenjata menyerbu tiga desa di Nigeria yang berbatasan dengan Kamerun, kata seorang pejabat senior keamanan kepada Xinhua.

Sumber itu, yang tak ingin disebutkan jati dirinya, mengatakan Desa Attagara, Agapalawa dan Aganjara di daerah Pemerintah Gwoza di Negara Bagian Borno, Nigeria Timur laut, menghadapi serangan sengit pada Selasa (3/6) tapi informasi baru diterima di Maiduguri, sekitar 135 kilometer dari lokasi serangan, pada Rabu akibat buruknya sinyal telekomunikasi.

Dengan mengenakan seragam militer, para penyerang mengendarai kendaraan yang diberi cat warna militer melalui ketiga desa itu serta melepaskan tembakan ke arah warga desa, kata beberapa sumber keamanan di Maiduguri, Ibu Kota Negara Bagian Borno.

"Warga benar-benar mengira pria bersenjata tersebut adalah personel militer. Tak kelihatan bahwa mereka adalah penyerang atau petempur Boko Haram," kata Ishaya Musa, seorang warga dan pedagang hewan peliharaan, sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Menurut Musa, lebih dari 83 mayat yang tergeletak di daerah itu belum dimakamkan saat berita ini disiarkan oleh Xinhua. Ia mengatakan dua kerabatnya --yang lolos dari kematian-- telah melarikan diri ke satu desa yang berdekatan untuk mengungsi.

Beberapa mayat lagi ditemukan saat warga desa mulai memeriksa semak untuk mencari keluarga yang mereka cintai, baik karena menyelamatkan diri dari serangan tersebut atau tewas serta cedera oleh peluru pria bersenjata itu, katanya menambahkan.

Tiga hari sebelumnya, beberapa pria bersenjata, yang juga diduga sebagai anggota Boko Haram, melepaskan tembakan ke arah warga di satu tempat ibadah di Attagara, salah satu sasaran serangan baru, sehingga menewaskan sembilan orang.

Pada Kamis lalu (29/5), sedikitnya 32 warga tewas, ketika beberapa pria bersenjata menyerbu satu desa di dekat perbatasan Nigeria-Kamerun juga di Negara Bagian Borno, kata beberapa pejabat keamanan.

Boko Haram menyatakan organisasi tersebut berusaha memasukkan Hukum Syariah ke dalam Undang-Undang Dasar Nigeria, negara paling padat penduduk di Afrika.

Kelompok tersebut belum lama ini mengaku bertanggung jawab atas penculikan lebih dari 200 pelajar putri pada April di Negara Bagian Borno, Nigeria Timur laut. Perbuatan itu telah mengundang sangat banyak pengutukan baik dari masyarakat lokal maupun internasional.

(C003)