Batang, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani meresmikan pabrik perusahaan pipa asal Belanda, yakni Wavin di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah, dengan total nilai investasi mencapai Rp825 miliar. "Jadi kurang lebih investasinya Rp825 miliar, dan segi tenaga kerja 170 tenaga kerja yang diserap, karena mereka menggunakan teknologi yang tinggi," ujar Menteri Rosan di Batang, Jawa Tengah, Kamis.

Dia menyampaikan pula, Wavin merupakan perusahaan terdepan global yang bergerak di bidang produksi polivinil klorida (PVC), sehingga dengan hadirnya pabrik produksi di Indonesia, akan berdampak positif bagi pemajuan ekonomi nasional.

Dia beralasan, hal tersebut karena pipa hasil dari pabrik Wavin di Batang diorientasikan untuk ekspor ke pasar Asia Tenggara (ASEAN), Australia, serta Selandia Baru.

Lebih lanjut, Rosan mengatakan peresmian pabrik tersebut diharapkan menjadi langkah awal bagi induk Wavin, yakni Orbia untuk menanamkan investasi di sektor lainnya di Indonesia, mengingat perusahaan tersebut memiliki nilai pasar (share value) sebesar 8 miliar dolar AS.

"Jadi investasi seperti ini yang kita harapkan ke depannya, dan yang bisa kita banggakan juga bahwa investasi ini sebagai investasi awal ke depannya, karena Orbia juga punya banyak line of business, jadi mereka benar-benar senang untuk bekerja sama dengan KIT Batang," kata Menteri Rosan.

Pada sisi lain, Country Director Wavin Indonesia and Sea+ Johannes Drees menyampaikan fasilitas yang dibangun pihaknya di KIT Batang menggunakan teknologi terbaik dan terbaru untuk memproduksi pipa, sehingga bisa mengoptimalkan akses air dan sanitasi di tanah air.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan ground breaking PT Wavin Manufacturing Indonesia pada Oktober 2022, menurut Presiden dengan hadirnya pabrik tersebut diharapkan Indonesia tidak lagi melakukan impor pipa.
Baca juga: Kepala Staf Kepresidenan: Investasi asing ke Indonesia itu penting
Baca juga: Menteri Investasi komitmen pemerataan investasi di Indonesia Timur