Bengkulu (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia Kota Bengkulu mengimbau kepada seluruh ulama di daerah itu tetap netral dalam menyikapi Pemilu Presiden 9 Juli 2014 demi kemaslahatan umat.

"Kami minta agar tokoh ulama tidak menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan mengatasnamakan Islam, ini akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, ulama harus netral," kata Ketua MUI Kota Bengkulu, Rusdi Syam di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan, setiap individu memiliki hak untuk memberikan dukungan terhadap salah satu pasangan capres, namun tidak dengan membawa nama ulama dan agama.

"Lebih baik, ulama mengajak masyarakat berdoa, shalat istikharah, agar diberi petunjuk pilihan pemimpin yang terbaik untuk lima tahun ke depan," katanya.

Rusdi mengimbau kepada semua pihak agar tidak mencampuradukkan agama dengan politik, demi menjaga kemurnian dan kesucian nilai-nilai agama.

Sebelumnya, Komandan Korem 041 Garuda Emas Provinsi Bengkulu Kolonel Inf Achmad Sudarsono mengimbau kepada seluruh unsur untuk tidak mengaitkan suku, agama, ras dan adat dengan pilpres.

"Saya minta seluruhnya baik masyarakat, tim sukses, serta unsur lainnya termasuk media agar tidak mengangkat unsur SARA, Pilpres ini sangat sensitif jika dikaitkan ke SARA," kata Achmad.

Menurut dia, sudah menjadi kewajiban seluruh unsur masyarakat di Indonesia, khususnya di Provinsi Bengkulu untuk bersama-sama menyukseskan Pemilu Presiden 9 Juli 2014.

"Jadi jangan membuat isu bahwa agama tertentu mendukung salah satu calon tertentu, atau mengatakan suku tertentu misalnya Jawa mendukung Capres A atau B, ini bisa menimbulkan konflik besar," katanya.

Sementara itu, Komisioner KPU Provinsi Bengkulu Siti Baroroh mengimbau masyarakat ikut mencermati daftar pemilih sementara hasil perubahan (DPSHP) yang telah ditetapkan.

"Sementara ini, pemilih yang terdaftar di DPSHP Pemilu Presiden 9 Juli 2014 untuk Provinsi Bengkulu yakni berjumlah 1.375.931 pemilih," ujarnya