Jakarta (ANTARA) - Mayoritas kasus kanker payudara di Indonesia terungkap sudah pada stadium lanjut, dan deteksi dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan, salah satunya pemeriksaan mandiri dengan metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri), kata Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta dr. Iskandar, Sp.B.Subsp. Onk(K).

“Metode ini sangat penting, terutama bagi wanita yang berisiko, karena memungkinkan mereka untuk mengenali perubahan pada payudara sejak dini,” kata dia pada acara penyuluhan kanker payudara oleh CHARM dan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) di Balai Komando, Jakarta Timur, Rabu.

Langkah pertama dalam melakukan SADARI adalah memilih waktu yang tepat, seperti setelah mandi atau saat berdiri di depan cermin. Pertama, perhatikan tampilan payudara di cermin. Cek apakah ada perubahan bentuk, ukuran, atau kulit yang tidak biasa, seperti kemerahan atau penebalan.

Selanjutnya, lakukan pemeriksaan dengan meraba payudara menggunakan jari-jari tangan. Mulai dari bagian luar payudara dan bergerak perlahan menuju puting susu.

Baca juga: Dokter tekankan pentingnya kesadaran kanker payudara pada remaja

Baca juga: Komunitas Lovepink tingkatkan kesadaran kanker payudara Her2-Low


“Saat diraba, ada benjolan atau tidak, ada sesuatu yang keras atau tidak, batasnya tegas atau tidak, atau lengket atau tidak. Kalau benjolan kecil, biasanya bisa bergoyang, namun kalau yang sudah lengket itu saat digoyang dia tidak bergeser, artinya benjolan sudah menempel ke dinding dada, itu biasanya ganas,” jelas Iskandar.

Pastikan untuk merasakan seluruh area, termasuk ketiak, karena jaringan payudara juga meluas hingga ke area tersebut. Perhatikan jika ada benjolan, nyeri, atau keluarnya cairan dari puting susu yang tidak normal.

“Lakukan SADARI saat 7 sampai 10 hari setelah menstruasi hari pertama, jadi menstruasi hari pertama baru hitung, ditambah 7-10 hari,” jelas Iskandar.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Agum Gumelar mengatakan meraba adanya benjolan atau abnormalitas pada payudara juga dapat dirasakan pada area atas payudara, atau sekitar dua jari di bawah tulang selangka.

“Kadang orang tahunya meraba benjolan hanya di bagian payudara yang menonjol saja, padahal, payudara dimulai dari area bawah ketiak dan sekitarnya,” ungkapnya.

Penting untuk melakukan SADARI secara rutin, idealnya setiap bulan, agar lebih familiar dengan bentuk dan kondisi payudara. Jika menemukan sesuatu yang mencurigakan, seperti benjolan atau perubahan lainnya, Iskandar maupun Linda mendesak untuk segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk evaluasi lebih lanjut.

SADARI adalah cara deteksi mandiri untuk tahap awal, penting juga untuk menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala dan mammografi sesuai rekomendasi dokter, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara.

Menurut jurnal dari Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan awal ke pelayanan kesehatan di Indonesia mencapai lebih dari 80 persen.

Baca juga: Perlunya dukungan orang terdekat saat terdiagnosa kanker payudara

Baca juga: Yang perlu diketahui tentang vaksin kanker payudara

Baca juga: Pro kontra kecerdasan artifisial untuk deteksi kanker payudara