Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan Rawat Intensif Anak Yogi Prawira, Sp.A(K) mengingatkan orangtua harus menyiapkan kondisi mental diri sendiri dalam merawat anak yang menderita penyakit kritis sehingga pendampingan berjalan maksimal.

Menurut dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu, banyak orangtua yang kerap melupakan kondisi mental diri sendiri dan berlama-lama berada dalam fase penyangkalan (denial) setelah mengetahui anak mereka menderita penyakit kritis dengan peluang sembuh kecil.

“Seperti pada saat kita naik pesawat, ketika terjadi perubahan tekanan oksigen di dalam kabin maka pramugari mengimbau penumpang mengenakan masker oksigen ke diri sendiri terlebih dahulu, baru kemudian membantu mengenakan masker oksigen ke anak. Pada saat orang tua memiliki anak sakit gawat dan kita awam, maka yang pertama kali ditolong diri kita sendiri dulu,” kata Yogi di Jakarta, Rabu.

Dia juga mengingatkan orangtua untuk benar-benar memahami penyakit yang diderita anak beserta berbagai kemungkinan yang berpeluang terjadi pada masa mendatang. Ketika orangtua sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, pendampingan dan perhatian yang penuh pun bisa diberikan kepada anak.

Baca juga: Dokter jelaskan usia ideal anak untuk operasi penyakit jantung bawaan

Baca juga: Dokter spesialis jantung ungkap penyebab stroke pada anak muda


Selanjutnya, orangtua diminta untuk memprioritaskan kondisi dan persetujuan (consent) anak apabila mereka memungkinkan untuk diajak berdiskusi. Anak dengan usia yang cukup harus terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan apa yang akan ditempuh.

“Karena kadang-kadang, ada orang tua maunya semua dikerjakan. Padahal, mungkin keinginan terakhirnya hanya ingin bisa berkumpul dengan keluarga yang sudah berbulan-bulan menemaninya. Di sini kita harus lihat skala prioritas untuk anak,” kata dia.

Dalam perawatan intensif, menurut Yogi, terkadang terjadi hal-hal yang sulit dijelaskan secara ilmiah. Ketika orang tua selalu memenuhi diri dengan energi positif, proses kesembuhan pada anak bisa saja terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Pada kesempatan yang sama, Psikolog Perkembangan Anak dan Kesehatan Mental Ajeng Raviando, Psi membenarkan penjelasan yang dipaparkan Yogi. Ajeng menambahkan, pemupukan harapan positif sangat berdampak pada tingkat kesembuhan seorang anak yang sedang mengalami penyakit kritis.

Bahkan harapan yang semakin kuat akan membantu anak untuk termotivasi menjalani perawatan intensif hingga imunitas tubuhnya membaik meskipun sebelumnya telah dinyatakan tingkat kesembuhan cukup tipis untuk dicapai.

“Sehingga memang kita butuh memberikan harapan dan bisa mengabulkan harapan-harapan dari anak-anak yang mengalami penyakit. Sesederhana misalnya dia ingin bertemu temannya. Hal-hal yang mungkin bagi sebagian orang seringkali tidak terlalu signifikan tapi buat anak-anak tersebut bisa membantu dia untuk terus berupaya dan berjuang untuk menghadapinya,” kata Ajeng.*

Baca juga: Hari Jantung Sedunia momentum edukasi tentang penyakit jantung anak

Baca juga: Jakut mitigasi meningkatnya penyakit gagal ginjal pada anak