KLHK: Program unggulan diharapkan berlanjut pada pemerintahan baru
2 Oktober 2024 17:49 WIB
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong saat menghadiri penghargaan sekolah Adiwiyata di Gedung Manggala Wanabakti, KLHK, Jakarta, Rabu (2/10/2024). ANTARA/Rizka Khaerunnisa
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong menyampaikan pihaknya berharap program-program unggulan yang strategis terkait dengan lingkungan dan kehutanan dapat terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru.
“Penanganan iklim, pengendalian deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan limbah sampah dan seterusnya, kita harapkan program-program yang menjadi unggulan pemerintah seperti Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink itu bisa terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru ke depan karena itu penting bagi bangsa kita,” kata Alue di Jakarta, Rabu.
Selain itu, menurut dia, program sekolah Adiwiyata yang ada sejak 2006 juga harus terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru.
Program tersebut memberikan penghargaan kepada sekolah di seluruh Indonesia, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, yang dinilai berhasil melakukan gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS).
Alue mengingatkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan sebenarnya sangat kompleks, oleh sebab itu, pemerintah menangani permasalahan tersebut secara setahap demi setahap melalui pelaksanaan program-program strategis.
“Dinamika masalah lingkungan hidup dan kehutanan terus berkembang. Jadi tidak mungkin baru setitik akan selesai. Karena ada dinamika-dinamika baru baik di global, regional, bahkan nasional yang kita hadapi,” ujar dia.
Baca juga: KLHK-BRGM ajak pemuda peduli lingkungan lewat Youth Conservation Camp
Baca juga: KLHK paparkan inovasi pendanaan untuk pengendalian perubahan iklim
Apalagi, imbuh Alue, tiga krisis planet atau triple planetary crisis saat ini menjadi tantangan global. Ketiga krisis planet itu antara lain perubahan iklim atau climate change, polusi (pollution), dan hilangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity loss.
Menurut dia, terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya tiga krisis planet salah satunya penambahan populasi atau jumlah penduduk yang semakin meningkat.
Selain itu, perubahan ekonomi yang berfokus pada eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan kaidah-kaidah secara berkelanjutan dan perubahan perilaku lain yang terkait juga turut andil di dalam terjadinya tiga krisis planet.
“Climate change, pollution, dan kehilangan biodiversity ini akan terus mengalami dinamika sehingga kita harus menghasilkan kebijakan-kebijakan regulasi dan implementasi yang tepat untuk mengatasi itu. Dan itu (masalah lingkungan dan kehutanan) terus evolving, terus berkembang,” kata Alue.
Baca juga: Menlu RI: Mitigasi iklim dunia pastikan kelangsungan negara kepulauan
Baca juga: Kemendes: Kolaborasi penting untuk wujudkan desa berketahanan iklim
Baca juga: Kemenkeu: Dana Desa 2025 diprioritaskan untuk tangani perubahan iklim
“Penanganan iklim, pengendalian deforestasi dan degradasi hutan, pengelolaan limbah sampah dan seterusnya, kita harapkan program-program yang menjadi unggulan pemerintah seperti Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink itu bisa terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru ke depan karena itu penting bagi bangsa kita,” kata Alue di Jakarta, Rabu.
Selain itu, menurut dia, program sekolah Adiwiyata yang ada sejak 2006 juga harus terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru.
Program tersebut memberikan penghargaan kepada sekolah di seluruh Indonesia, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, yang dinilai berhasil melakukan gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS).
Alue mengingatkan bahwa pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan sebenarnya sangat kompleks, oleh sebab itu, pemerintah menangani permasalahan tersebut secara setahap demi setahap melalui pelaksanaan program-program strategis.
“Dinamika masalah lingkungan hidup dan kehutanan terus berkembang. Jadi tidak mungkin baru setitik akan selesai. Karena ada dinamika-dinamika baru baik di global, regional, bahkan nasional yang kita hadapi,” ujar dia.
Baca juga: KLHK-BRGM ajak pemuda peduli lingkungan lewat Youth Conservation Camp
Baca juga: KLHK paparkan inovasi pendanaan untuk pengendalian perubahan iklim
Apalagi, imbuh Alue, tiga krisis planet atau triple planetary crisis saat ini menjadi tantangan global. Ketiga krisis planet itu antara lain perubahan iklim atau climate change, polusi (pollution), dan hilangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity loss.
Menurut dia, terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya tiga krisis planet salah satunya penambahan populasi atau jumlah penduduk yang semakin meningkat.
Selain itu, perubahan ekonomi yang berfokus pada eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan kaidah-kaidah secara berkelanjutan dan perubahan perilaku lain yang terkait juga turut andil di dalam terjadinya tiga krisis planet.
“Climate change, pollution, dan kehilangan biodiversity ini akan terus mengalami dinamika sehingga kita harus menghasilkan kebijakan-kebijakan regulasi dan implementasi yang tepat untuk mengatasi itu. Dan itu (masalah lingkungan dan kehutanan) terus evolving, terus berkembang,” kata Alue.
Baca juga: Menlu RI: Mitigasi iklim dunia pastikan kelangsungan negara kepulauan
Baca juga: Kemendes: Kolaborasi penting untuk wujudkan desa berketahanan iklim
Baca juga: Kemenkeu: Dana Desa 2025 diprioritaskan untuk tangani perubahan iklim
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: