Jakarta (ANTARA News) - Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan rangkaian fitnah kepada Joko Widodo terjadi karena calon presiden pasangannya itu susah dicari "dosanya".
"Orang susah cari dosa sosial Pak Jokowi, kalau dosa pribadi tentu ada," kata Jusuf Kalla saat menghadiri Silaturrahim Nasional Alim Ulama PKB untuk Pemenangan Jokowi-JK di Jakarta, Selasa.
Hadir dalam acara itu petinggi PKB antara lain Ketua Dewan Syuro KH Azis Mansyur, Ketua Umum DPP Muhaimin Iskandar, Wakil Ketua Umum Rusdi Kirana, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Masudi dan Awan PBNU Ahmad Bagdja, serta ratusan kiai dari berbagai daerah.
"Karena susah cari dosa sosialnya, maka muncul fitnah. Kan lebih gampang membuat fitnah," katanya.
Kalla menegaskan bahwa ia dan Jokowi mencalonkan diri bukan untuk kepentingan pribadi, namun untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Karena itu ia meminta para kiai membantu mereka.
"Tolong bapak-bapak bekerja satu bulan meyakinkan orang, kami akan bekerja lima tahun, insya Allah bapak-bapak akan menikmati kehidupan yang lebih baik," katanya.
Jokowi yang juga hadir dalam acara itu juga merasa perlu mengklarifikas kampanye hitam yang menyerangnya, meski sebelumnya Kalla dan Ketua DPP PKB Marwan Jafar telah memberi penjelasan.
"Saya perlu juga tabayyun (klarifikasi)," kata Jokowi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Ia pun menyinggung beredarnya Tabloid Obor Rakyat yang mendiskreditkan dia yang diedarkan di masjid-masjid dan pesantren di daerah. Menurut Jokowi, apa yang dimuat di tabloid itu sama sekali tidak benar.
Ia pun menuturkan telah melaporkan fitnah-fitnah yang menyerangnya ke polisi dengan semangat memberikan pendidikan politik yang baik bagi rakyat.
"Kalau diam saja nanti dibilang terlalu sabar, tidak tegas. Padahal bagi saya, tegas itu berani mengambil keputusan dan menanggung risikonya. Tegas itu bukan kejam, tetapi terukur," katanya.
Jokowi difitnah karena susah cari "dosanya"
3 Juni 2014 17:51 WIB
Jokowi dan JK (ANTARA/Fanny Octavianus)
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
Tags: