Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan melakukan sejumlah upaya guna menjaga kesehatan mental para pekerja dan penduduk usia produktif, seperti skrining serta penanganan penyakit, guna memaksimalkan potensi bonus demografi pada 2020-2035.

Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Imran Pambudi mengatakan di Jakarta, Rabu, pada periode 2020-2035 tersebut, 70 persennya adalah penduduk usia produktif, yang berperan sebagai tulang punggung keluarga, aset negara dalam perekonomian, serta yang melahirkan generasi penerus bangsa.

Usai temu media Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Jakarta, Imran mengatakan, ada urgensi untuk memperhatikan kesehatan mental atau jiwa para pekerja. Mengutip data 2022 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1 dari 8 orang di seluruh dunia memiliki masalah kesehatan jiwa.

"Dan 1 miliar orang yang hidup dengan gangguan jiwa, dimana 15 persen di antaranya adalah pada usia kerja," dia menambahkan.

Selain itu, katanya, gangguan depresi dan kecemasan juga menghambat perekonomian, dengan kerugian sebesar 1 triliun dolar karena penurunan produktivitas.


Baca juga: Psikolog: Perhatian Pemerintah pada kesehatan mental meningkat
Baca juga: Kemenkes sediakan layanan kesehatan jiwa bagi peserta PPDS


Imran menambahkan, berbagai dampak masalah kesehatan jiwa pada pekerja mencakup gangguan psikologis seperti depresi, burn out, bahkan keinginan bunuh diri, gangguan medis seperti masalah kardiovaskular, muskuloskeletal, penurunan imunitas, perubahan perilaku, hingga penurunan performa kerja.

Adapun masalah kesehatan jiwa pada performa organisasi, katanya, meliputi antara lain penurunan produktivitas dan efisiensi, penurunan kepuasan akan pekerjaan dan loyalitas, meningkatnya absensi, serta penurunan kualitas hubungan sesama, serta peningkatan biaya untuk mengatasi masalah kesehatan atau kecelakaan yang sering terjadi.

Dia menyebutkan sejumlah upaya pemerintah guna menangani hal-hal itu, contohnya adalah identifikasi, penilaian, dan pengendalian. Di pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto, ujarnya, kesehatan jiwa menjadi salah satu aspek yang dicek dalam inisiatif skrining ulang tahun.

"Kemudian ada di upaya penanganan penyakit, kita juga perlu mengupayakan pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di tempat kerja. Dalam hal ini terkait dengan kesehatan kerja itu ada namanya P3LP yaitu pertolongan pertama pada luka psikologis," katanya.

Dia menyebutkan, pihaknya melakukan sosialisasi ke berbagai kalangan, mulai dari institusi pendidikan hingga tempat kerja, agar masing-masing memiliki pihak yang ditunjuk untuk menjadi pihak pertama yang memberi pertolongan pertama pada luka psikologis, sebelum menghubungkan ke pihak yang lebih kompeten.

Baca juga: Pemkot Tangerang buka layanan konseling, jaga kesehatan mental pekerja
Baca juga: Dokter: Stigma masyarakat sebabkan ODGJ enggan berobat
Baca juga: Mental sehat bantu remaja dalam berinovasi dan berpikir kritis