KNEKS sebut 15 produsen halal terbesar di OKI berasal dari Indonesia
2 Oktober 2024 14:50 WIB
Pekerja menyiapkan daftar menu makanan halal di stand kuliner Kediri Town Square saat peluncuran Zona Kuliner Halal Aman dan Sehat (KHAS) di Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat (23/8/2024). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/rwa.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan bahwa 15 dari 30 produsen halal terbesar di negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berasal dari Indonesia.
“Dari sektor riilnya yang dapat kita lihat nyata, dari 30 produsen halal terbesar di negara-negara OKI, 15 produsen halal terbesar itu perusahaan-perusahaan dari Indonesia, salah satunya kosmetik,” ucap Sutan Emir Hidayat dalam Media Briefing Road to Rapat Pleno KNEKS 2024.
Dalam media briefing yang diikuti melalui siaran Instagram Live @kneks.id di Jakarta, Rabu, tersebut, ia menuturkan bahwa tidak hanya sektor manufaktur, sektor pariwisata Indonesia kini juga menduduki peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index pada 2023 dan 2024.
Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai peringkat ketiga dalam State of the Global Islamic Economy Report 2023.
Menurutnya, hal tersebut merupakan pencapaian yang amat baik, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia bahkan tidak masuk dalam peringkat 10 besar.
Baca juga: Bappenas: KNEKS perlu miliki kewenangan kuat dorong ekonomi syariah
Baca juga: KNEKS siap luncurkan Masterplan Ekonomi Syariah 2025-2029 pada Oktober
“Alhamdulillah Indonesia mampu memperbaiki ranking-nya di tingkat global dalam 5 atau 6 tahun belakangan. Dulu sekitar 6 tahun belakangan masih di luar 10 besar, sekarang Alhamdulillah kita sudah berada di posisi ketiga,” kata Sutan.
Ia menuturkan bahwa nilai ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global terus tumbuh dengan total konsumsi masyarakat Muslim global untuk produk halal tercatat sekitar Rp2,29 triliun dollar AS (Rp34.830,9 triliun, kurs pada Rabu (2/10) = Rp15.210).
Sementara di tingkat nasional, data Kajian Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 oleh Bank Indonesia mengungkapkan bahwa pangsa pasar aktivitas usaha syariah di Indonesia mencapai 46,71 persen dari PDB atau Rp9.826,8 triliun.
Sutan mengatakan bahwa sektor halal value chain (HVC) juga tumbuh sebesar 3,9 persen dan berkontribusi hampir 23 persen terhadap perekonomian nasional pada 2023 dengan ditopang oleh berbagai sektor unggulan, yaitu pertanian, makanan dan minuman, pariwisata, serta fesyen.
Sedangkan kontribusi pembiayaan syariah bagi UMKM mencapai Rp161,03 triliun per Maret 2024, atau 81,66 persen dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) serta hampir 60 persen dari target Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024.
Ia pun berharap dengan adanya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, maka nilai transaksi ekonomi syariah serta tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dapat semakin meningkat.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia baru mencapai 28 persen, tingkat literasi keuangan syariah tercatat 39 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan syariah hanya 12,88 persen.
“Target dari Bapak Wakil Presiden (Ma’ruf Amin) itu pada tahun depan untuk mencapai 50 persen. Nah, itu yang sedang kami dorong bersama-sama,” imbuh Sutan.
Baca juga: Eks anggota DPR: Keberpihakan pada ekonomi syariah perlu ditingkatkan
Baca juga: SGIE Report sebut pasar Islam RI masuk peringkat 3 terbesar di dunia
“Dari sektor riilnya yang dapat kita lihat nyata, dari 30 produsen halal terbesar di negara-negara OKI, 15 produsen halal terbesar itu perusahaan-perusahaan dari Indonesia, salah satunya kosmetik,” ucap Sutan Emir Hidayat dalam Media Briefing Road to Rapat Pleno KNEKS 2024.
Dalam media briefing yang diikuti melalui siaran Instagram Live @kneks.id di Jakarta, Rabu, tersebut, ia menuturkan bahwa tidak hanya sektor manufaktur, sektor pariwisata Indonesia kini juga menduduki peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index pada 2023 dan 2024.
Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai peringkat ketiga dalam State of the Global Islamic Economy Report 2023.
Menurutnya, hal tersebut merupakan pencapaian yang amat baik, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia bahkan tidak masuk dalam peringkat 10 besar.
Baca juga: Bappenas: KNEKS perlu miliki kewenangan kuat dorong ekonomi syariah
Baca juga: KNEKS siap luncurkan Masterplan Ekonomi Syariah 2025-2029 pada Oktober
“Alhamdulillah Indonesia mampu memperbaiki ranking-nya di tingkat global dalam 5 atau 6 tahun belakangan. Dulu sekitar 6 tahun belakangan masih di luar 10 besar, sekarang Alhamdulillah kita sudah berada di posisi ketiga,” kata Sutan.
Ia menuturkan bahwa nilai ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global terus tumbuh dengan total konsumsi masyarakat Muslim global untuk produk halal tercatat sekitar Rp2,29 triliun dollar AS (Rp34.830,9 triliun, kurs pada Rabu (2/10) = Rp15.210).
Sementara di tingkat nasional, data Kajian Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 oleh Bank Indonesia mengungkapkan bahwa pangsa pasar aktivitas usaha syariah di Indonesia mencapai 46,71 persen dari PDB atau Rp9.826,8 triliun.
Sutan mengatakan bahwa sektor halal value chain (HVC) juga tumbuh sebesar 3,9 persen dan berkontribusi hampir 23 persen terhadap perekonomian nasional pada 2023 dengan ditopang oleh berbagai sektor unggulan, yaitu pertanian, makanan dan minuman, pariwisata, serta fesyen.
Sedangkan kontribusi pembiayaan syariah bagi UMKM mencapai Rp161,03 triliun per Maret 2024, atau 81,66 persen dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) serta hampir 60 persen dari target Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024.
Ia pun berharap dengan adanya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, maka nilai transaksi ekonomi syariah serta tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dapat semakin meningkat.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia baru mencapai 28 persen, tingkat literasi keuangan syariah tercatat 39 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan syariah hanya 12,88 persen.
“Target dari Bapak Wakil Presiden (Ma’ruf Amin) itu pada tahun depan untuk mencapai 50 persen. Nah, itu yang sedang kami dorong bersama-sama,” imbuh Sutan.
Baca juga: Eks anggota DPR: Keberpihakan pada ekonomi syariah perlu ditingkatkan
Baca juga: SGIE Report sebut pasar Islam RI masuk peringkat 3 terbesar di dunia
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024
Tags: