Industri tekstil Indonesia hadapi tekanan perdagangan bebas
3 Juni 2014 13:41 WIB
Ilustrasi - Pekerja menata tekstil di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Jumat (3/1). Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Industri tekstil dan Produk Tekstil (TPT) akan mengalami pertumbuhan ekspor secara signifikan pada 2014, hal itu disebabkan ekonomi di negara maju akan mengalami perbaikan sehingga mempengaruhi penjual TPT dalam negeri ke negara tersebut. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Jakarta (ANTARA News) - Industri tekstil Indonesia di tengah globalisasi perdagangan dunia, harus menghadapi tekanan dan tantangan perdagangan bebas, kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G. Ismy.
"Memang munculnya beberapa negara industri baru yang bergerak dalam industri tekstil dan garmen telah memberi tekanan yang cukup kuat terhadap kemampuan penetrasi ekspor tekstil Indonesia di pasar global," kata Ernovian dalam acara pembukaan Pameran Seragam dan Pakaian Kerja, di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa.
Pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan beberapa negara, menurut Ernovian, juga telah memberikan tekanan cukup berat bagi industri tekstil nasional, khususnya di pasar domestik.
"Mencermati kondisi tersebut, sewajarnya kita terus berupaya optimal agar industri TPT (tekstil dan produk tekstil) di Indonesia tidak menjadi industri yang ditinggalkan," ujarnya.
Hal itu, kata dia, karena industri TPT merupakan salah satu sektor industri yang memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional, diantaranya sebagai penyumbang devisa ekspor non-migas dan penyerap tenaga kerja.
"Industri TPT dalam negeri telah tumbuh dan berkembang selama lebih dari empat dekade. Hingga hari ini, baik industri tekstil maupun garmen, tetap memperlihatkan angka pertumbuhan yang cukup baik," ungkapnya.
Ia menyampaikan, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada 2013, pertumbuhan industri tekstil, yakni kulit dan alas kaki mencapai 6,06 persen, hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan industri non-migas sebesar 6,1 persen.
Oleh karena itu, kata Ernovian, API menilai peningkatan daya saing menjadi kunci untuk meningkatkan penetrasi produk Indonesia di pasar ekspor, serta terus mempertahankan pangsa produk dalam negeri di pasar domestik.
"Di samping itu, kami mendukung pemerintah melakukan upaya promosi dan eksibisi guna meningkatkan kesadaran (awareness) konsumen terhadap produk tekstil lokal," pungkasnya. (*)
"Memang munculnya beberapa negara industri baru yang bergerak dalam industri tekstil dan garmen telah memberi tekanan yang cukup kuat terhadap kemampuan penetrasi ekspor tekstil Indonesia di pasar global," kata Ernovian dalam acara pembukaan Pameran Seragam dan Pakaian Kerja, di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa.
Pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan beberapa negara, menurut Ernovian, juga telah memberikan tekanan cukup berat bagi industri tekstil nasional, khususnya di pasar domestik.
"Mencermati kondisi tersebut, sewajarnya kita terus berupaya optimal agar industri TPT (tekstil dan produk tekstil) di Indonesia tidak menjadi industri yang ditinggalkan," ujarnya.
Hal itu, kata dia, karena industri TPT merupakan salah satu sektor industri yang memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional, diantaranya sebagai penyumbang devisa ekspor non-migas dan penyerap tenaga kerja.
"Industri TPT dalam negeri telah tumbuh dan berkembang selama lebih dari empat dekade. Hingga hari ini, baik industri tekstil maupun garmen, tetap memperlihatkan angka pertumbuhan yang cukup baik," ungkapnya.
Ia menyampaikan, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada 2013, pertumbuhan industri tekstil, yakni kulit dan alas kaki mencapai 6,06 persen, hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan industri non-migas sebesar 6,1 persen.
Oleh karena itu, kata Ernovian, API menilai peningkatan daya saing menjadi kunci untuk meningkatkan penetrasi produk Indonesia di pasar ekspor, serta terus mempertahankan pangsa produk dalam negeri di pasar domestik.
"Di samping itu, kami mendukung pemerintah melakukan upaya promosi dan eksibisi guna meningkatkan kesadaran (awareness) konsumen terhadap produk tekstil lokal," pungkasnya. (*)
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: