Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 32 poin menjadi Rp11.798 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.766 per dolar AS.

"Pelaku pasar uang masih menanggapi negatif data inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang telah dirilis kemarin (2/6)," kata analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa.

Dalam data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), periode Mei 2014 tercatat inflasi sebesar 0,16 persen dan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,96 miliar dolar AS.

Di sisi lain, lanjut Zulfirman Basir, pelaku pasar uang juga terlihat berhati-hati seiring dimulainya masa kampanye Calon Presiden Indonesia hingga berlangsungnya pemilu presiden pada 9 Juli mendatang.

Ia menambahkan bahwa dari sisi fundamental, penguatan dolar AS masih tertopang oleh kemungkinan pelonggaran kebijakan bank sentral Eropa (ECB), kondisi itu cukup membebani kinerja rupiah.

"Keputusan hasil pertemuannya ECB itu pada Kamis mendatang, kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter ECB masih berlanjut," katanya.

Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan bahwa yang perlu dikhawatirkan bagi pelaku pasar uang yakni laju inflasi, pemerintah diharapkan dapat menjaga inflasi agar lebih stabil menjelang bulan puasa dan Lebaran.

"Jika inflasi terjaga, mata uang rupiah berpotensi menguat dan kembali ke dalam tren positifnya," katanya.