Kigali, Rwanda (ANTARA) - Beberapa hari setelah Rwanda mengumumkan wabah virus Marburg, pihak berwenang telah memperkenalkan serangkaian langkah untuk mengendalikan penyebarannya di negara tersebut.

Christian Ngarambe, penjabat direktur jenderal Rumah Sakit Pendidikan Universitas Butare, mengatakan kepada Anadolu pada Selasa (1/10) bahwa langkah-langkah baru ini mengharuskan fasilitas kesehatan menerapkan protokol ketat untuk menerima dan menangani pasien yang menunjukkan gejala virus Marburg, serta mematuhi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi.

Kunjungan ke pasien yang dirawat di rumah sakit dilarang selama 14 hari ke depan, dan seorang pasien hanya diperbolehkan memiliki satu pendamping dalam satu waktu, menurut pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Dalam kasus kematian akibat Marburg, kementerian juga melarang upacara berjaga dan doa bersama untuk mengurangi risiko penularan virus.

Upacara pemakaman bagi mereka yang meninggal akibat Marburg dibatasi maksimal 50 orang, sementara tampilan peti jenazah terbuka dilarang di rumah, gereja, atau masjid dan hanya diizinkan dilakukan di area yang telah ditentukan dalam fasilitas kesehatan, dengan jumlah orang yang terbatas.

Hingga Senin, 26 orang telah dikonfirmasi terjangkit virus ini, termasuk sembilan orang yang meninggal.

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa hingga 300 individu yang diidentifikasi sebagai kontak kasus terkonfirmasi sedang diisolasi untuk pemantauan ketat.

Marburg, dengan tingkat kematian hingga 88 persen, berasal dari keluarga virus yang sama dengan Ebola, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penyakit akibat virus Marburg dimulai secara tiba-tiba, dengan demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang hebat. Banyak pasien mengalami gejala perdarahan hebat dalam tujuh hari.

Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar antar manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, permukaan dan material yang terpapar virus.

Gejalanya termasuk demam tinggi, sakit kepala hebat, muntah, dan nyeri otot.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Rwanda dilanda wabah virus Marburg, delapan orang tewas
Baca juga: Uni Eropa umumkan bantuan sektor farmasi senilai Rp681M untuk Rwanda