Jakarta (ANTARA) - Perusahaan rintisan (startup) teknologi asuransi kesehatan Rey mengumumkan tambahan pendanaan sebesar 3,5 juta dolar AS (sekitar Rp53 miliar).

Pendanaan ini dimotori oleh beberapa investor baru, yaitu CyberAgent Capital, Arthazen Capital, dan PT Gametraco Tunggal.

"Kami bangga dengan sejumlah pencapaian yang sudah kami raih pada tahun 2024. Keberhasilan ini menjadi penyemangat bagi kami untuk lebih berinovasi pada tahun depan, yakni inovasi yang mengedepankan sustainabilitas proteksi kesehatan secara menyeluruh," ujar CEO & Co-founder Rey Evan Tanotogono dalam rilis pers, Selasa.

Pendanaan yang diperoleh Rey ini, selain dari investor baru, juga diikuti kembali oleh semua investor Rey dari tahap sebelumnya. Para investor tersebut adalah Trans Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan Reycom Document Solusi (RDS).

Baca juga: Perusahaan teknologi finansial masih berpeluang tumbuh di Indonesia

Rey merupakan platform teknologi asuransi kesehatan yang bervisi mentransformasi proteksi kesehatan menjadi layanan kesehatan ujung ke ujung.

Visi ini berhasil diwujudkan Rey dengan meluncurkan keanggotaan kesehatan untuk individu dan kumpulan yang mendisrupsi proteksi kesehatan dari berbagai aspek, yakni holistik, terjangkau, serta pengalaman yang serba digital dan mudah.

Hingga saat ini, layanan Rey telah digunakan oleh lebih dari 50 ribu orang dan di lebih dari 100 organisasi.

Keberhasilan Rey juga terlihat pada rasio klaim produk asuransi yang diintegrasikan dengan Rey, yang tercatat masih berada di sekitar 50 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari rasio klaim asuransi kesehatan konvensional.

Baca juga: Sandiaga: Ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia kian dinamis

Adapun rasio klaim terhadap premi asuransi kesehatan pada semester 1-2024 dari data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia( AAJI) mencapai 105,7 persen.

Inovasi kesehatan yang digencarkan juga menjadikan Rey sebagai salah satu perusahaan penyelenggara Inovasi Digital Kesehatan (IDK) dalam Regulatory Sandbox Kementerian Kesehatan 2024.

Sebelumnya, Rey yang adalah anggota kluster Insurtech dalam Asosiasi Fintech Indonesia juga telah menyelesaikan program Regulatory Sandbox Inovasi Keuangan Digital (IKD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada paruh pertama tahun ini.

Kini, Rey melebarkan sayap guna turut mendukung transformasi industri asuransi kesehatan secara menyeluruh.

Rey membantu perusahaan asuransi konvensional dari menghadirkan proteksi kesehatan yang sebelumnya sekadar sebuah polis menjadi sebuah solusi kesehatan ujung ke ujung dengan memanfaatkan teknologi, pendekatan, dan ekosistem yang telah dikembangkan serta diuji oleh Rey.

Inovasi yang dihadirkan Rey ini membawa angin segar bagi model administrasi pihak ketiga (TPA). Layanan TPA selama ini masih konvensional, cenderung administratif, dan transaksional hanya saat ada klaim kesehatan saja.

Kini, dengan bantuan teknologi, ekosistem Rey menawarkan proposisi baru yang mengungguli model bisnis TPA konvensional. Melalui manajemen kesehatan aktif, Rey menyediakan tidak sebatas layanan administrasi klaim, tetapi juga berfokus pada keterlibatan layanan kesehatan yang berkelanjutan baik secara preventif maupun kuratif.

Inovasi ekosistem Rey juga menjadi tawaran solusi untuk kondisi industri asuransi kesehatan yang saat ini tengah menghadapi tantangan serius karena memburuknya performa klaim.

“Di Rey, kami membangun ekosistem kesehatan holistik, dari telekesehatan sebagai primary care, ajudikasi klaim, dan care management hingga fitur kebugaran yang berfokus pada wellbeing pengguna sekaligus optimalisasi klaim. Kedua hal ini belum pernah menjadi prioritas bagi model TPA konvensional,” sebut Evan.

Menurut Evan, Rey melakukan inovasi di bidang kesehatan dengan memosisikan diri dari pola pikir dan perspektif penanggung atau asuransi untuk membuktikan bahwa pendekatan integrasi kesehatan ujung ke ujung mampu mengoptimalkan rasio klaim.

Pemanfaatan teknologi layanan kesehatan dari pola pikir yang tepat dapat memberikan dampak positif.

“Kami percaya bahwa penyediaan proteksi kesehatan dapat sustainable jika penanggungnya tidak dirugikan. Kami pun percaya tidak mungkin memecahkan masalah yang dihadapi penanggung kesehatan tanpa melakukan inovasi di bidang teknologi layanan kesehatan itu sendiri,“ ucap Evan.

Baca juga: Kominfo : startup RI perlu kerja keras tingkatkan kemampuan inovasi