Banjarbaru, Kalsel (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan (BPS Kalsel) menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 105,88 pada September 2024 atau meningkat dibanding periode September 2023 yang sebesar 104,10 atau terjadi inflasi (yoy) sekitar 1,71 persen.

Kepala BPS Provinsi Kalsel Martin Wibisono di Banjarbaru, Selasa, mengatakan tingkat deflasi (mtm) di Kalsel sebesar 0,36 persen dan inflasi (ytd) sekitar 0,75 persen.

"Inflasi (yoy) terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan kenaikan hampir seluruh Indeks Kelompok Pengeluaran," kata Martin.

Martin merinci kenaikan IHK tersebut meliputi kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,02 persen, kelompok pakaian dan alas kaki (1,46 persen), kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,29 persen), kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,83 persen).

Kemudian, kelompok kesehatan (2,81 persen), kelompok transportasi (2,22 persen), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,98 persen), kelompok pendidikan (1,63 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,71 persen), serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (8,76 persen).

"Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, mencakup kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,37 persen," tutur Martin.

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi (yoy) pada September 2024, antara lain emas perhiasan, ikan gabus, tarif parkir, daging ayam ras, ikan papuyu, sigaret kretek mesin (SKM), ikan patin, gula pasir, udang basah, minyak goreng, dan kopi bubuk.

Selanjutnya, mobil, kue kering berminyak, tarif rumah sakit, semangka, nasi dengan lauk, es, upah asisten rumah tangga, sepeda motor, bawang merah, shampo, bawang putih, ikan bakar, sekolah dasar, sewa rumah, jagung manis, ikan nila, sigaret kretek tangan, dan tarif airminum pam.

Martin mengungkapkan komoditas yang memberikan andil deflasi (yoy) pada September 2024, meliputi beras, tomat, cabai merah, angkutan udara, telur ayam ras, ikan peda, pepaya, sabun detergen bubuk, ikan kembung, baju muslim wanita, ikan tongkol, ikan layang, sabun mandi cair, bahan bakar rumah tangga, ketimun, ikan asin sepat, kangkung, dan cabai hijau.

Lalu, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi (mtm) pada September 2024, yaitu ikan gabus, ikan papuyu, bawang merah, ikan patin, emas perhiasan, daging ayam ras, kacang panjang, jagung manis, minyak goreng, jeruk, upah asisten rumah tangga, tarif rumah sakit, udang basah, ikan peda, dan akademi/perguruan tinggi.

Sedangkan, komoditas yang menyumbang deflasi (mtm) pada September 2024, yakni beras, angkutan udara, cabai rawit, ikan nila, telur ayam ras, bensin, terong, air kemasan, cabai merah, ketimun, dan makanan ringan (snack).

Pada September 2024, Martin menambahkan kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi (yoy), yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sekitar 0,61 persen, kelompok pakaian dan alas kaki (0,08 persen), kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,04 persen).

Selanjutnya, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,03 persen), kelompok kesehatan (0,10 persen), kelompok transportasi (0,24 persen), kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya (0,02 persen), kelompok pendidikan (0,06 persen), kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran (0,21 persen), serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,61 persen).

"Sementara kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi (yoy), yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen," kata Martin.

Baca juga: BPS: 136.812 penumpang pesawat berangkat di Kalsel pada Agustus 2024
Baca juga: BPS sebut kemiskinan di Kalsel turun 0,18 persen pada 2024